Logo Bloomberg Technoz

Data Job Openings and Labor Turnover Survey (JOLTS) memperlihatkan jumlah lowongan kerja di Amerika Serikat turun sebanyak 338.000 menjadi 8,82 juta pada Juli, terendah sejak Maret 2021 dan berada di bawah konsensus pasar yang sebesar 9,46 juta. Hal ini memberi indikasi bahwa pasar tenaga kerja AS mungkin sudah mulai mendingin.

Ini juga mencerminkan penurunan jumlah lowongan pekerjaan dalam tiga bulan berturut-turut, mengonfirmasi pasar tenaga kerja secara bertahap dalam tren melambat setelah berbulan-bulan pengetatan kebijakan moneter yang belum pernah terjadi sebelumnya oleh Bank Sentral AS (Federal Reserve/The Fed).

Sementara itu, jumlah orang yang berhenti dari pekerjaannya turun sejumlah 253.000, terendah dalam hampir dua setengah tahun menjadi 3,54 juta pada Juli.

Tim Research Phillip Sekuritas Indonesia memaparkan, investor menghadapi minggu yang sibuk dengan rilis data ekonomi, terutama berkaitan dengan inflasi indeks harga pengeluaran konsumsi pribadi (Personal Consumption Expenditure/PCE) AS dan pasar tenaga kerja AS (JOLTS, ADP Employment Report, NFP) karena dapat memberi petunjuk tentang apakah The Fed akan mempertahankan atau kembali menaikkan suku bunga sebelum tutup tahun.

“Data PCE Price Index, yang digunakan oleh Federal Reserve untuk mengukur inflasi AS, diprediksi akan naik menjadi 3,3% yoy pada Juli dari 3,0% yoy pada Juni, namun sudah turun jauh dari puncaknya di 7,0% yoy pada tahun lalu,” jelas Tim Research Phillip Sekuritas.

Sentimen selanjutnya, investor mencermati rilis data tingkat pengangguran Jepang pada Juli yang mencatatkan kenaikan untuk pertama kali dalam empat bulan terakhir. Tingkat pengangguran secara tak terduga naik menjadi 2,7%, lebih tinggi dari ekspektasi pasar 2,5%. Yang merupakan sinyal yang sedikit negatif bagi Bank of Japan (BOJ) dan Pemerintah.

Kemudian, data Job Offers to Applicant ratio Jepang, indikator yang mengukur permintaan tenaga kerja, turun selama enam bulan berturut-turut menjadi 1,29 pada Juli dari sebelumnya 1,30. Artinya tersedia 129 pekerjaan bagi setiap 100 pelamar kerja.

Dari dalam negeri, berbagai survei indikator ekonomi yang telah dilakukan Bank Indonesia, menunjukkan kondisi perekonomian Indonesia masih tetap terjaga. Survei yang dimaksud terdiri dari Indeks Kepercayaan Konsumen, survei perdagangan eceran, dan survei konsumen.

"Jadi Insha Allah ekonomi kita tahun depan akan lebih baik, perkiraan kita 4,7-5,5% bisa tercapai untuk tahun depan," ujar Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo dalam Rapat Kerja Badan Anggaran DPR RI, di Gedung DPR RI, Jakarta, pada Selasa (29/8/2023) kemarin.

Optimisme Perry juga berangkat dari pencapaian pertumbuhan RI tahun ini yang menurutnya terbaik di dunia. Dengan keberhasilan, tumbuh 5,17% pada kuartal II-2023, dan akan berlanjut pada kuartal III-2023 yang diprediksi akan tumbuh 5,15%.

Analis MNC Sekuritas Herditya Wicaksana memaparkan, IHSG menguat 0,52% ke 6.957 dan masih didominasi oleh volume pembelian, namun penguatan IHSG masih tertahan oleh area resistance 6.966.

“Apabila IHSG mampu break area tersebut, maka posisi IHSG saat ini sedang berada di akhir wave v dari wave (a), di mana IHSG akan melanjutkan penguatannya ke rentang area 6.977-7.013 pada label hitam,” papar Herditya dalam risetnya pada Rabu (30/8/2023).

Bersamaan dengan risetnya, Herditya merekomendasikan saham-saham berikut, AUTO, HMSP, IPCC dan SMRA.

Hal senada juga diungkapkan oleh analis Phintraco Sekuritas, IHSG diperkirakan cenderung menguat bergerak mendekati level psikologis 7.000. 

“IHSG kembali membentuk rising window bersamaan dengan penguatan pada Selasa. Konfirmasi resistance breakout di 6.950 menjadi indikasi bullish continuation. Secara teknikal, IHSG masih berpeluang menguat ke kisaran level 6.975 pada Rabu,” tulisnya.

Melihat hal tersebut, Phintraco merekomendasikan saham BBNI, BRMS, KLBF, AMRT, TKIM, TPIA, ICBP dan BSDE.

(fad/wdh)

No more pages