“Lebih lanjut, Powell juga mempertegas pandangan bahwa meskipun inflasi sudah turun dari puncaknya, harga-harga masih terlalu tinggi,” jelas Tim Research Phillip Sekuritas.
Pertumbuhan lapangan kerja di AS kemungkinan melambat dan kenaikan upah juga melambat pada Agustus. Hal ini mengindikasikan berkurangnya risiko inflasi yang mengurangi urgensi kenaikan suku bunga The Fed lainnya.
Seperti yang diwartakan Bloomberg News, para pejabat Bank Sentral China dengan gigih mengumumkan langkah-langkah untuk mendukung pasar keuangan dengan menurunkan bea materai pada perdagangan saham untuk pertama kalinya sejak 2008 dan berjanji untuk memperlambat laju penawaran umum perdana.
Adapun, hal tersebut merupakan langkah untuk menggiatkan pasar modal dan meningkatkan kepercayaan investor.
Regulator juga membatasi penjualan saham oleh pemegang saham utama di perusahaan yang harga sahamnya telah jatuh di bawah harga ketika IPO atau tingkat aset bersih dan menurunkan rasio margin untuk perdagangan dengan leverage.
Sentimen selanjutnya, data memperlihatkan Penjualan Ritel Australia berhasil rebound pada Juli setelah turun tajam pada bulan sebelumnya, namun data dari tahun ke tahun masih terus turun karena suku bunga yang tinggi telah memperlambat belanja konsumen.
Penjualan Ritel tumbuh 0,5% secara buanan pada Juli, lebih tinggi dari estimasi pasar sebesar 0,3% dan berbalik arah dari penurunan 0,8% secara bulanan pada Juni.
Dari dalam negeri, Bank Indonesia (BI) mencatat jumlah uang beredar pada Juli berhasil mengalami kenaikan. Salah satunya dipengaruhi oleh perbaikan penyaluran kredit perbankan.
Tercatat, jumlah uang beredar dalam arti luas (M2) pada Juli tercatat Rp8.350,5 triliun, naik 6,4% secara anual. Pertumbuhan ini lebih tinggi dibandingkan dengan Juni yang mencapai 6,1% secara tahunan.
Pertumbuhan uang beredar juga ditopang oleh perbaikan pertumbuhan penyaluran kredit perbankan. Adapun, pada Juli, kredit tumbuh 8,5% yoy, lebih tinggi dibandingkan dengan bulan sebelumnya 7,8% yoy.
Analis MNC Sekuritas Herditya Wicaksana memaparkan, IHSG menguat 0,38% ke 6.921 disertai oleh munculnya volume pembelian, posisi IHSG pun mampu berada di atas MA-20.
“Diperkirakan, posisi IHSG saat ini sedang berada di wave v pada label merah, yang akan membawa IHSG melanjutkan penguatannya menuju ke 6.966-7.013,” papar Herditya dalam risetnya pada Selasa (29/8/2023).
Herditya juga memberikan catatan, tetap waspadai akan adanya potensi koreksi ke 6.793-6.800 apabila IHSG menembus support 6.834 untuk membentuk wave iv pada label hitam.
Bersamaan dengan risetnya, Herditya merekomendasikan saham-saham berikut, ELSA, MBMA, MDKA dan SULI.
Analis Phintraco Sekuritas memaparkan, IHSG diperkirakan akan uji resistance area 6.930–6.950 bersamaan dengan peningkatan volume transaksi pada Senin kemarin. Secara teknikal, IHSG berpeluang uji batas atas resistance di 6.950 pada Selasa (29/8/2023) hari ini.
“Sentimen utama kemungkinan masih berasal dari sinyal kenaikan suku bunga acuan sebesar 25 bps di FOMC The Fed pada September 2023. Kondisi ini justru direspon positif oleh pasar karena dinilai memberikan kepastian mengenai arah kebijakan moneter The Fed. Kenaikan tersebut diyakini sebagai yang terakhir dari serangkaian kenaikan suku bunga acuan sejak pertengahan 2022,” tulisnya.
Melihat hal tersebut, Phintraco merekomendasikan saham BBNI, ADRO, EXCL dan juga terdapat potensi rebound pada TLKM, PGAS, BSDE dan SMRA.
(fad/wdh)