MONA menargetkan mobil listrik untuk segmen massal dengan rentan harga sekitar 150.000 yuan atau US$ 20.000 (sekitar Rp300 jutaan). Kemitraan ini terjadi hanya lebih dari sebulan setelah Xpeng menerima investasi US$700 juta dari raksasa otomotif Jerman, Volkswagen AG.
Bersama VW, Xpeng akan mengembangkan mobil listrik untuk pasar China. Hal yang membuat investor optimis di tengah tren penjualan yang melemah di industri otomotif. Kemitraan ini lantas akan dihadapkan dengan persaingan dengan pemain kendaraan listrik lain seperti Nio Inc, BYD Co. dan Tesla Inc.
Xpeng, yang telah banyak berinvestasi dalam fitur-fitur mengemudi otonom, mengatakan akan menjajaki kolaborasi dengan Didi dalam hal manajemen kendaraan, pemasaran, asuransi, fasilitas pengisian daya (SPKLU), taksi otonom, dan pengembangan pasar internasional.
Bloomberg Intelligence mengatakan aksi Xpeng dalam pengakuisisi proyek mobil listrik milik DiDi mendorong peningkatan teknologi kendaraan otonom. Akan ada pemanfaatkan data intensif yang dihasilkan dari platform mobilitas Didi. Meski demikian tekanan margin jangka pendek masih berlanjut.
Joanna Chen dan Steve Man dari Bloomberg Intelligence mengatakan bahwa terdapat potensi pendapatan dari kemitraan keduanya dalam hal layanan teknologi ataupun kapasitas produksi lebih besar untuk mobil listrik. Bahkan bukan tidak mungkin mendukung raihan laba tahunan perdana di tahun 2026.
Namun ‘deal’ ini menjadikan prospek DiDi untuk masuk menjadi produsen mobil pintar, pupus. Padahal DiDi digadang-gadang menjadi motor pertumbuhan yang potensial jika mereka terjun ke industri ini. DiDi, termasuk XIaomi Corp, merupakan para pemimpin bidang teknologi.
(bbn)