Di sisi lain, masih rendahnya kepemilikan asing di surat berharga negara juga membuka potensi arus masuk yang besar terutama saat sentimen pemberat dari arah bunga acuan global telah mereda.
Dalam jangka panjang, rupiah berpeluang melesat lebih kuat bila kebijakan terkait nikel mengalami kemajuan, apakah itu berbentuk peningkatan nilai tambah dalam arus pasok nikel ataupun berbentuk pencabutan larangan ekspor.
Kesemua faktor itu, menurut analis, seharusnya sudah memadai untuk menolong rupiah dari beban kekhawatiran defisit transaksi berjalan Indonesia dan penurunan investasi.
Instrumen Baru SRBI
Langkah Bank Indonesia merilis instrumen baru mulai bulan depan bernama Sertifikat Rupiah Bank Indonesia, yang direncanakan akan ditawarkan dua kali dalam sepekan, yaitu setiap Rabu dan Jumat, disambut baik oleh pasar.
SRBI diterbitkan dengan underlying surat berharga negara yang dimiliki Bank Indonesia di mana nilainya telah mencapai Rp1.361,05 triliun di mana sebanyak Rp460,05 triliun adalah SBN yang digunakan BI untuk keperluan operasi moneter, menurut data Kementerian Keuangan sampai 23 Agustus lalu.
Instrumen ini akan ditawarkan melalui lelang dengan primary dealer di mana bunga atau rate akan ditentukan berdasarkan variable rate tender. BI akan memulai implementasi instrumen baru ini mulai 15 September nanti. Untuk tahap awal, SRBI akan ditawarkan dalam pilihan tenor 6, 9 dan 12 bulan.
Penerbitan SRBI dilakukan melalui lelang dengan. bank umum sebagai peserta operasi pasar terbuka konvensional dan kemudian bisa diperjualbelikan di pasar sekunder.
Bagi pemodal asing, instrumen moneter baru itu bisa memberikan tawaran carry trade lebih tinggi dengan durasi risiko lebih kecil. "Rupiah akan reli terbawa ekspektasi kembali naiknya aliran modal asing ke Indonesia," kata Duncan Tan, Currency and Rates Strategist di DBS.
Citigroup menilai, SRBI bisa menjangkau lebih banyak pasar dibandingkan dengan instrumen operasi moneter BI lainnya yang umumnya hanya bisa dijangkau oleh bank lokal. Sementara SRBI bisa dijangkau asing lewat secondary market.
SRBI juga dapat digunakan sebagai agunan Pinjaman Likuiditas Jangka pendek (PLJP), juga sebagai surat berharga yang bisa diperhitungkan dalam pemenuhan Penyangga Likuiditas Makroprudensial (PLM).
Instrumen baru itu juga akan menghentikan langkah bank sentral menjual surat utang tenor pendek untuk mengerek imbal hasil seperti yang selama ini ditempuh dalam twist operation.
Itu akan mengurangi distorsi pasar surat utang negara seperti yang selama ini terjadi setiap kali BI melancarkan operasi moneter demi menahan rupiah.
Siang ini, terpantau yield SUN tenor 2 tahun masih melanjutkan reli kenaikan hari kedelapan berturut-turut ke level 6,37%, semakin mendekati tingkat imbal hasil tenor 10 tahun yang hari ini melandai ke 6,48%.
Adapun nilai tukar rupiah sampai pukul 13:53 WIB, berhasil bertahan dengan penguatan tipis ke Rp15.294/US$ di tengah sentimen pasar yang masih dibayangi pernyataan hawkish Jerome Powell, Ketua Federal Reserve pada Jumat pekan lalu.
(rui)