Meski demikian Erick menegaskan LRT tetap aman. “Ini adalah teknologi yang saya rasa memang pada saat ini sudah dijalankan tanpa masinis. Itupun bukan berarti tidak aman ya,” ucap dia.
Sebelumnya memang sempat muncul kabar risiko keselamatan pada operasional LRT Jabodebek, khususnya pada jalur yang melalui simpang Kuningan, Jakarta. Desain longspan sempat dianggap salah dalam perencanaan.
Isu ini mencuat usai Wakil Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Kartika Wirjoatmodjo membeberkan sejumlah masalah dalam proyek LRT Jabodebek, salah satunya Longspan Kuningan. Menurut dia, PT Adhi Karya (Persero) Tbk. tak mengukur sudut kemiringan kereta LRT yang akan melintas.
Jalur ini berbentuk melengkung dengan bentangan amat panjang. Jokowi sampai menyatakan jika terdapat kekurangan dalam hal desain masyarakat diminta maklum. “Jangan mengharapkan ini nanti operasi langsung semuanya sempurna, tidak, pasti ada perbaikan-perbaikan sistem, perbaikan perbaikan teknis yang lain-lainnya,” papar Jokowi awal Agustus.
Sempitnya jalur longspan LRT di Kuningan menyebabkan kecepatan LRT harus dikurangi. Namun hal ini dibantah oleh Arsitek Arvilla Delitriana, karena menurutnya sedari awal LRT dirancang melaju dengan kecepatan rendah saat melintasi tikungan Kuningan. Arvilla adalah perancang Longspan Kuningan saat perusahaan tempatnya bekerja, PT Cipta Graha Abadi, bekerja sama dengan kontraktor LRT Jabodebek, Adhi Karya.
“Kami mendapat spesifikasi detail terkait dengan kereta yang akan melewati jembatan. Berat, kecepatan, konfigurasi, dan lain-lainnya. Kami mendapat spesifikasi detail terkait dengan kereta yang akan melewati jembatan. Berat, kecepatan, konfigurasi, dan lain-lainnya,” papar dia.
Sistem kerja LRT Jabodebek tanpa masinis
LRT Jabodebek adalah salah satu proyek perkeretaapian pada Proyek Strategi Nasional (PSN) Pemerintahan Presiden Joko Widodo atau Jokowi. Bernilai total investasi Rp32,5 triliun, LRT beroperasi tanpa masinis.
Hal ini terjadi karena transportasi publik garapan bersama PT Kereta Api Indonesia (Persero) dan PT Adhi Karya (Persero) ini menggunakan moving block signal dan software dari Siemens AG Jerman. Dengan sistem tersebut, perjalanan kereta ringan tersebut akan berjalan secara otomatis; mulai dari pergerakan, kecepatan, hingga waktu berhenti.
LRT Jabodebek juga dikendalikan melalui Operation Control Center (OCC) LRT Jabodetabek. OCC mengelola sistem persinyalan dan menjadi alat dalam mengoperasikan rangkaian gerbong LRT Jabodebek.
Sarana LRT Jabodetabek ini dikerjakan PT INKA (Persero) dan bekerja sama dengan industri dalam negeri lainnya, seperti PT LEN Industri (Persero), dan bekerja sama dengan perusahaan multinasional di bidang teknologi.
OCC akan bertindak sebagai monitoring sistem persinyalan, power system, dan pusat telekomunikasi berbasis CCTV.
(wep)