Erdogan berencana untuk mengunjungi kota-kota yang paling terdampak oleh bencana yakni Kahramanmaras dan Hatay pada Rabu (08/02/2023). Daerah yang dilanda gempa menjadi rumah bagi pemilih partai politiknya dan penting untuk keberhasilannya di tempat pemungutan suara.
Erdogan menyebut gempa itu sebagai "bencana terbesar tidak hanya dalam sejarah republik tetapi juga di dunia."
Bloomberg Economics memperkirakan pengeluaran publik setelah gempa mungkin setara dengan 5,5% dari produk domestik bruto (PDB) selama dua tahun.
Kapasitas pemerintah untuk menyelamatkan orang dan memberikan bantuan kepada sekitar 13,4 juta orang di zona bencana kini menjadi isu utama bagi Erdogan menjelang pemungutan suara.
Pemerintah mengalokasikan 100 miliar lira (Rp 80 triliun) untuk langkah awal. Tetapi, upaya penyelamatan terhambat oleh kondisi musim dingin di daerah yang juga menampung jutaan pengungsi Suriah.
Erdogan menelepon beberapa lawan politiknya setelah gempa bumi melanda. Dia memberi tahu mereka bahwa negara perlu mengatasi kehancuran ini ketimbang persaingan politik. Meski begitu, Erdogan tidak memanggil ketua oposisi utama Partai Rakyat Republik, Kemal Kilicdaroglu, yang menyatakan Turki tidak siap menghadapi bencana dan memojokkan Erdogan secara pribadi.
“Saya tidak perlu bersolidaritas dengan Erdogan dan istananya,” kata Kilicdaroglu dalam video yang diposting di Twitter Rabu pagi (08/02/2023) setelah kunjungannya ke zona gempa. Dia menuduh pemerintah melakukan korupsi dan menyia-nyiakan uang pembayar pajak yang dialokasikan untuk mempersiapkan bencana semacam itu.
Presiden Turki perlu secara resmi memulai serangkaian proses pemilu sebelum 10 Maret agar pemungutan suara berlangsung pertengahan Mei. Pejabat setempat menyebutkan jika Erdogan tidak melakukan hal itu, pemungutan suara harus diadakan pada 18 Juni, tetapi kemungkinan itu terjadi sangat kecil.
(bbn)