Sepekan lalu, rupiah berhasil menguat tiga hari berturut-turut meski menutup pekan dengan pelemahan 50 bps di Rp15.295/US$. Sementara kurs tengah Bank Indonesia (JISDOR-BI) juga ditutup melemah pada Jumat pekan lalu di Rp15.297/US$.
Di pasar derivatif, kontrak nondeliverable forward 1 minggu mencatat pelemahan ke kisaran Rp15.288/US$ pagi ini sampai pukul 08:42 WIB, Senin (28/8/2023).
Pelemahan rupiah tidak berjalan sendiri dengan tren valuta di pasar negara berkembang juga memperlihatkan tekanan. MSCI EM Currency Index pekan lalu ditutup melemah 0,17%.
Berharap pada instrumen baru
Bank Indonesia telah mengumumkan perilisan instrumen moneter baru untuk mendukung penguatan rupiah ke depan. Instrumen bernama Sertifikat Rupiah Bank Indonesia (SRBI) itu baru akan diluncurkan resmi pada 15 September nanti.
Pasar cukup antusias menyambut instrumen baru itu yang diperkirakan akan bisa mengurangi distorsi di pasar surat utang negara saat ini akibat operation twist yang dilangsungkan oleh bank sentral.
SRBI akan ditawarkan melalui lelang di mana ia juga bisa diperdagangkan di pasar sekunder. Instrumen baru itu dirilis dengan tenor pendek di bawah 12 bulan dan diyakini oleh Bank Indonesia bisa memperkaya pilihan bagi pelaku pasar.
SRBI juga menjadi amunisi kesekian otoritas untuk mengantisipasi tekanan lebih lanjut bagi rupiah yang diperkirakan masih akan terus menghadapi dampak hawkish the Fed dan bank sentral di negara-negara maju. Dengan pilihan tenor pendek dan tingkat imbal hasil yang diperkirakan akan menarik, SRBI diharapkan bisa menarik dana asing kembali masuk lebih semangat ke pasar domestik.
Bank Indonesia mencatat berdasarkan data transaksi 21– 24 Agustus 2023, nonresiden di pasar keuangan domestik jual neto Rp4,51 triliun terdiri dari jual neto Rp2,31 triliun di pasar SBN dan jual neto Rp2,20 triliun di pasar saham.
Alhasil, selama tahun 2023, berdasarkan data setelmen s.d. 24 Agustus 2023, nonresiden tercatat posisi beli neto Rp85,83 triliun di pasar SBN dan jual neto Rp0,63 triliun di pasar saham.
Masih jawara Asia
Meski tren pelemahan sejak Mei masih berlangsung sampai detik ini, rupiah sepanjang 2023 (year-to-date) masih mencatat penguatan 1,78% point-to-point dan menjadikannya valuta Asia dengan kinerja paling impresif.
Analis Bloomberg memperkirakan, capaian impresif rupiah yang masih mencatat return positif sejauh ini mungkin bisa bertahan sampai akhir tahun di tengah nada hawkish bank sentral utama dunia.
-- dengan analisis teknikal M. Julian Fadli.
(rui)