Seperti yang diwartakan Bloomberg News, Jerome Powell menegaskan The Fed siap untuk menaikkan suku bunga acuan Fed Fund Rate lebih lanjut jika diperlukan dan bermaksud untuk menjaga biaya pinjaman tetap tinggi sampai inflasi berada pada jalur yang meyakinkan menuju target 2%.
“Meskipun inflasi telah turun dari puncaknya, sebuah perkembangan yang menggembirakan, tetapi masih terlalu tinggi,” kata Powell dalam pidatonya pada hari Jumat (25/8/2023) di konferensi tahunan Bank Sentral AS di Jackson Hole, Wyoming.
“Kami siap untuk menaikkan suku bunga lebih lanjut jika diperlukan, dan bermaksud untuk mempertahankan kebijakan pada tingkat yang ketat sampai kami yakin bahwa inflasi akan bergerak turun secara berkelanjutan menuju tujuan kami,” lanjutnya.
“Dua persen adalah dan akan tetap menjadi target inflasi kami,” ujar Powell.
Sementara, Presiden Federal Reserve di Boston Susan Collins mengatakan, sangat mungkin Federal Reserve perlu mempertahankan suku bunga di tingkat yang tinggi untuk mengalahkan inflasi.
“Para pelaku pasar berharap bahwa kenaikan suku bunga bulan lalu adalah yang terakhir dari siklus kenaikan suku bunga kali ini setelah inflasi sudah turun cukup dalam sejak menyentuh level 9% di pertengahan tahun lalu. Pelaku pasar juga sempat berspekulasi bahwa Federal Reserve akan mulai menurunkan suku bunga acuan di awal tahun 2024. Namun, berbagai rilis data ekonomi belakangan ini yang keluar lebih baik dari estimasi telah menghapus harapan itu,” jelas riset Phillip Sekuritas.
Sementara itu dari regional, data memperlihatkan inflasi inti di Tokyo naik 2,8% yoy pada Agustus, melambat dari kenaikan 3% yoy pada bulan sebelumnya dan berada di bawah ramalan pasar sebesar 2,9%. Meski demikian, inflasi inti Tokyo bertahan di atas target inflasi 2% selama 15 bulan berturut-turut.
Ini bisa diartikan sebagai sinyal bahwa tekanan inflasi masih cukup besar sehingga menghalangi Bank of Japan (BoJ) untuk menarik paket stimulus moneter.
Berbicara di Jackson Hole pada Sabtu kemarin, Gubernur BOJ Kazuo Ueda mengatakan, inflasi masih lebih lambat dari tujuan Bank Sentral. Hal itu menjadi alasan mengapa Bank Sentral Jepang terus melanjutkan kebijakan moneter mereka saat ini.
Analis MNC Sekuritas Herditya Wicaksana memaparkan, IHSG terkoreksi 0,06% ke 6.895 dan masih didominasi oleh volume penjualan, namun penutupan IHSG masih berada di atas MA-20.
“Diperkirakan, pergerakan IHSG berpeluang menguat menguji rentang 6.914-6.940 sebagai target terdekatnya dan apabila mampu menembus 6.966, maka target IHSG menuju ke 7.013 untuk membentuk wave v pada label merah,” papar Herditya dalam risetnya pada Senin (28/8/2023).
Herditya juga memberikan catatan, tetap waspadai akan adanya potensi koreksi ke 6.793-6.800 apabila IHSG menembus support 6.834 untuk membentuk wave iv pada label hitam.
Bersamaan dengan risetnya, Herditya merekomendasikan saham-saham berikut, AGII, DOID, PNLF dan TKIM.
Analis Phintraco Sekuritas memaparkan, IHSG diperkirakan masih akan bergerak terkonsolidasi di kisaran pivot 6.880.
“Jika bertahan di pivot 6.880, IHSG berpotensi technical rebound ke kisaran 6.900 di Senin (28/8). Sebaliknya, jika break low 6.880, IHSG berpotensi lanjutkan pelemahan dan uji support 6.830–6.850,” tulisnya.
Melihat hal tersebut, Phintraco merekomendasikan saham BBCA, BBRI, PGEO, MTEL, JSMR, INTP, PNLF dan TKIM.
(fad/aji)