Pemerintah Tiongkok memang tengah mencoba menarik kembali para investor yang sudah mulai berkurang pada aset-aset negara. Hal ini menjadi tanda kekhawatiran yang meningkat imbas dari kemerosotan properti, ancaman gagal bayar, dan metrik konsumsi yang lemah.
Investor asing tercatat telah menjual saham-saham China secara netto selama 13 sesi berturut-turut hingga Rabu lalu. Berdasarkan data Bloomberg, hal ini menjadi catatan periode terpanjang yang pernah terjadi di China.
Indeks CSI 300 telah turun sekitar 4% pada tahun 2023 setelah kerugian tahunan berturut-turut, dan berkinerja buruk dibandingkan dengan indeks ekuitas Asia yang lebih luas sekitar enam poin persentase. Pemerintah pun tengah mendesak lembaga-lembaga keuangan, termasuk dana pensiun dan bank-bank besar, untuk meningkatkan investasi saham guna mendukung pasar.
Mereka juga memandu para manajer reksa dana untuk meningkatkan pembelian reksa dana ekuitas mereka sendiri, memangkas biaya penanganan transaksi saham, dan mendorong perusahaan-perusahaan untuk meningkatkan pembelian kembali saham.
Tiongkok menyesuaikan bea materai pada perdagangan saham beberapa kali di masa lalu. Pada bulan Mei 2007, pemerintah menaikkan tarif menjadi 0,3% untuk meredam reli yang menarik lebih dari 300.000 investor baru per hari. Pada bulan April 2008, pemerintah memangkas bea meterai menjadi 0,1% untuk mendukung pasar setelah anjlok, sehingga memacu kenaikan di tahun berikutnya.
(bbn)