Lebih lanjut, BRI mencatat kenaikan nasabah mikro tiga kali lipat menjadi sekitar 15 juta nasabah selama 15 tahun terakhir. Kenaikan volume kredit juga mencapai enam kali lipat menjadi Rp 1.029,8 triliun.
Sunarso mengatakan, penyaluran kredit BRI juga didukung oleh likuiditas yang memadai dan permodalan yang kuat. Hal ini tercermin dari radio loan to deposit (LDR) yang secara konsolidasi berada di level 87,09% dan capital adequacy ratio (CAR) sebesar 25,54%.
“Kita yakin bahwa BRI akan tumbuh secara sustainable karena faktor yang diperlukan untuk tumbuh sudah dimiliki, yaitu kejelasan sumber pertumbuhan baru dari ultra mikro, memiliki kecukupan modal dengan CAR di atas 25%, punya kecukupan likuiditas dengan LDR di level 80an, dan memiliki kemampuan mengelola risiko yang memadai,” jelas Sunarso.
Terkait penghimpunan dana pihak ketiga (DPK), Bank BRI mencatat pertumbuhan 14,85% atau menjadi sebesar Rp 1.307,88 triliun, yang didorong pertumbuhan CASA sebesar 21,46%.
“Secara umum, porsi CASA saat ini mencapai 66,7%. Kemampuan BRI dalam meningkatkan proporsi CASA berdampak positif terhadap efisiensi dari sisi biaya dana sehingga cost of fund kita turun dari 2,05% menjadi 1,87%,” ujarnya.
(wep)