“Pertumbuhan produksi rata–rata akan mencapai 22% secara annual hingga 2032. Pada tahun tersebut, produksi kobalt di Indonesia diperkirakan mencapai 63 kt, mengimbangi pasokan dari Kongo,” papar BMI dalam riset yang dilansir Jumat (25/8).
Proyek EV Meningkat
Kebangkitan Indonesia sebagai produsen kobalt terbesar dunia juga diyakini akan memacu minat terhadap komoditas logam biru itu dari perusahaan-perusahaan EV yang tengah berebut mencari pasokan.
Menurut laporan Cobalt Institute, hanya dalam tiga tahun atau sejak 2020, Jakarta telah menandatangani kesepakatan senilai sekitar US$5 miliar (sekitar Rp76,5 triliun) untuk produksi baterai dan EV. Presiden Joko Widodo melalui Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves Luhut Binsar Panjaitan juga telah mencoba membujuk Elon Musk dari Tesla Inc. untuk berinvestasi.
Cobalt Institute juga mencatat, dari hanya 4 proyek EV pada awal 2020, Indonesia kini memiliki 42 proyek pada awal 2023, dan diperkirakan akan lebih banyak lagi proyek pada tahun-tahun mendatang.
“Kami berharap Indonesia akan mendapatkan bagian yang lebih besar di pasar kobalt sebagai pusat produksi kendaraan listrik, menandakan peningkatan produksi yang lebih besar dalam jangka menengah dan panjang. Senada dengan Cobalt Institute yang menyebutkan Indonesia berpotensi meningkatkan produksi kobalt sebanyak 10 kali lipat pada 2030.”
(ibn/evs)