Kementerian Luar Negeri China mengatakan sebelumnya bahwa mereka berhak untuk menanggapi langkah AS, tanpa menjelaskan apa yang akan diambil. Ketika ditanya dalam konferensi pers reguler Selasa (07/02/2023) soal apakah China menginginkan perangkat itu untuk dikembalikan, juru bicara Kementerian Luar Negeri China Mao Ning menjawab, “Pesawat itu bukan milik AS. Itu milik China.”
AS dan China pernah berada dalam situasi yang serupa sebelumnya, meskipun dengan peran yang terbalik. Pada tahun 2001, pemerintah China mengembalikan sebuah pesawat mata-mata AS yang jatuh mendarat di provinsi selatan Hainan.
Keributan soal insiden balon ini mendorong Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken untuk menunda jadwal kunjungannya ke China, yang menurut Lu tidak pada waktunya.
“Baru-baru ini Amerika telah melakukan banyak hal melawan China,” kata Lu dalam wawancara yang sama, mengutip langkah-langkah AS termasuk memperluas akses ke pangkalan militer di Filipina.
“Bahkan jika Blinken datang ke China, kunjungan ini tidak akan memainkan peran positif," sambungnya.
Ketika ditanya tentang tuduhan bahwa perusahaan milik negara China diduga memberikan bantuan untuk Rusia menginvasi Ukraina, Lu mengatakan bahwa China belum memasok senjata ke Rusia.
“Oleh karena itu kami tidak melakukan apa pun yang menentang solusi damai untuk krisis ini,” ujarnya.
Adapun ditanya apakah perusahaan China menjual suku cadang ke Rusia yang dapat digunakan dalam upaya perang, Lu pun menjawab, "Tapi suku cadang bukanlah senjata, bukan begitu?"
(bbn)