“(Permintaan) masih terjaga. Kita menggunakan data BPS saja pernikahan di Indonesia setiap tahun 800 ribu, taruh lah 75% atau 50% segera ingin mendapatkan rumah, jadi demand-nya bertumbuh selain backlog tadi,” jelasnya.
Kedua, Joko melanjutkan, suku bunga yang masih relatif rendah yang menyebabkan suku bunga kredit juga rendah. Artinya suku bunga yang rendah akan meningkatkan daya beli masyarakat. Hal ini juga berkaitan dengan target perbankan dalam realisasi Kredit Kepemilikan Rumah (KPR) yang masih tinggi.
Kondisi properti Indonesia saat ini sudah positif, masih positif
Ketua Umum REI, Joko Suranto
“Meskipun suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) 5,75%, di operasionalnya banyak bank yang merealisasikan di bawah suku bunga dengan variasi, mereka modifikasi produk. Ada yang memberikan (penawaran) pembayaran dari 1 tahun sampai 3 tahun hanya bunga saja. Target (realisasi KPR) perbankan sendiri (juga) masih tinggi,” terangnya.
Terkait dengan upaya menjaga permintaan dan daya beli masyarakat, Joko mengatakan, pihaknya mengusulkan kepada pemerintah adanya peningkatan patokan harga rumah subsidi melalui program perumahan bersubsidi untuk masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) dari Rp160 juta menjadi Rp300 juta.
Di lain sisi, sektor apartemen dan perkantoran belum pulih yang disebabkan oleh aktivitas bisnis yang belum pulih sepenuhnya. Pertumbuhan ekonomi Indonesia juga dinilai belum bisa menopang sektor ini untuk lebih ekspansif. Selain itu, Joko mengatakan masih banyaknya perusahaan yang menerapkan kebijakan bekerja dari rumah (work from home/WFH) menyebabkan permintaan menurun.
Untuk mengatasi permintaan yang menurun dan menjaga arus kas (cash flow), Joko mengatakan, banyak pengembang (developer) yang memperluas portfolio dengan beralih dari pembangunan struktur tinggi ke rumah tapak (landed house).
“Bukan sepenuhnya berubah, tapi portfolio mulai ke perumahan, karena kalau (pembangunan) high rise building tidak bisa berhenti. Ketika membangun, mau terjual (hanya) 20-30% kan harus (dibangun) sampai selesai,” tuturnya.
Joko berharap pemerintah dapat terus mengeluarkan kebijakan yang dapat mendorong pemulihan dan pertumbuhan ekonomi. Dengan demikian, sektor properti bisa pulih 100% dan menciptakan multiplier effect ke sektor lainnya. Apalagi, properti berkaitan dengan 184 sektor atau jenis industri lainnya. Joko juga mengutip pernyataan Presiden Joko Widodo yang mengatakan sektor properti berkontribusi besar kepada Produk Domestik Bruto (PDB) dan Pendapatan Asli Daerah (PAD).
(dov/ain)