KPP terus mengalami gejolak internal sejak akhir Mei lalu. Saat itu, Partai Demokrat mulai mengeluarkan ultimatum dan mendesak Anies segera mengumumkan nama cawapres. Mereka mengklaim, sosok cawapres penting untuk meningkatkan elektabilitas dan menggencarkan mesin politik menuju Pemilu 2024.
Di sisi lain, Partai Demokrat dikabarkan ngotot mengajukan AHY sebagai cawapres Anies. Partai tersebut butuh kepastian posisi AHY dalam kontestasi politik di Pemilu 2024. Padahal, sejumlah pengamat dan survei menilai pasangan Anies-AHY tak cukup mendongrak suara untuk KPP.
"Ya nanti kalau sudah deklarasi berpasangan (bakal cawapres) mudah-mudahan naik. Masalahnya itu kok," kata Ketua Badan Pemenangan Pemilu (Bappilu) Partai Demokrat, Andi Arief.
Di tengah polemik cawapres, sebuah wacana politik baru muncul dengan rencana menyandingkan Anies dengan calon presiden dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), Ganjar Pranowo. Partai Demokrat sempat menyebut ada anggota KPP yang berkhianat karena turut mendorong wacana Ganjar-Anies.
Meski ditolak Demokrat, persatuan Ganjar dan Anies akan membentuk koalisi besar yang kuat. Koalisi ini akan mampu menandingi Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya yang mengusung Prabowo Subianto sebagai capres. Koalisi gemuk ini berisi Partai Gerindra, Partai Golkar, Partai Amanat Nasional (PAN), dan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB).
(prc/frg)