Selain itu, rilis SRBI juga akan menghentikan langkah bank sentral menjual surat utang tenor pendek untuk mengerek imbal hasil seperti yang selama ini ditempuh dalam twist operation.
Itu akan mengurangi distorsi pasar surat utang negara seperti yang selama ini terjadi setiap kali BI melancarkan operasi moneter demi menahan rupiah.
Dalam conference call usai gelar konferensi pers pengumuman hasil Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia, Gubernur BI Perry Warjiyo memaparkan, SRBI akan menawarkan tingkat bunga yang menarik melalui mekanisme lelang.
"Ini lebih pro-pasar. Inilah era baru Bank Indonesia," kata Perry, seperti dilansir oleh Bloomberg News, Jumat (25/8/2023).
SRBI diterbitkan dengan underlying surat berharga negara yang dimiliki Bank Indonesia di mana nilainya telah mencapai Rp1.361,05 triliun di mana sebanyak Rp460,05 triliun adalah SBN yang digunakan BI untuk keperluan operasi moneter, menurut data Kementerian Keuangan sampai 23 Agustus lalu.
Pasar merespon langkah BI itu dengan memborong global bond RI tenor 2 tahun hingga yield-nya melandai ke 5,23% kemarin. Penurunan itu menghentikan inverted di pasar SBN berdenominasi dolar AS dengan yield INDON 10 tahun naik ke 5,52%.
Sementara di pasar SUN rupiah, yield INDOGB tenor 2 tahun tetap naik karena BI masih melangsungkan twist operation dengan melepas tenor pendek ke pasar.
Siang ini, yield INDOGB-2 tahun berada di level 6,36%, melanjutkan reli kenaikan dalam tujuh hari perdagangan berturut-turut. Sementara, yield INDOGB-10 tahun yang kemarin berhasil turun siang ini kembali naik ke kisaran 6,54%.
"Langkah BI merilis SRBI kami sambut baik karena itu bisa meminimalkan efek distorsi operasio stabilisasi nilai tukar terhadap pasar obligasi domestik. Sampai SRBI dirilis 15 September nanti, distorsi di pasar obligasi masih akan berlangsung," komentar Lionel Prayadi, Macro Strategist Samuel Sekuritas Indonesia.
Ekonom Bank Permata Josua Pardede menambahkan, instrumen baru itu akan membuat yield surat utang jangka pendek menjadi lebih menarik bagi pemodal asing. Ujungnya, aliran modal asing akan lebih besar dan membantu penguatan rupiah serta menambah posisi cadangan devisa.
Bagi pemodal asing, instrumen moneter baru itu bisa memberikan tawaran carry trade lebih tinggi dengan durasi risiko lebih kecil. "Rupiah akan reli terbawa ekspektasi kembali naiknya aliran modal asing ke Indonesia," kata Duncan Tan, Currency and Rates Strategist di DBS.
Citigroup menilai, SRBI bisa menjangkau lebih banyak pasar dibandingkan dengan instrumen operasi moneter BI lainnya yang umumnya hanya bisa dijangkau oleh bank lokal. Sementara SRBI bisa dijangkau asing lewat secondary market.
Sedangkan analis Nomura menyebut, dampak SRBI terhadap potensi arus masuk dana asing masih belum jelas menyusul penyempitan tingkat imbal hasil surat utang RI dengan Amerika.
"Sekuritas baru itu kemungkinan tidak akan mempengaruhi kurva obligasi. Kami mempertahankan rekomendasi beli untuk SUN tenor 10 tahun dengan level saat ini menarik menjadi titik masuk," komentar Euben Paracuelles.
Jelang penutupan pasar di hari terakhir perdagangan pekan ini, nilai tukar rupiah diperdagangkan melemah ke kisaran Rp15.300/US$. Efek sentimen SRBI hanya bertahan sampai kemarin dan kini rupiah lebih kuat dibebani mood pasar yang dibayangi kewaspadaan jelang pidato Jerome Powell di acara bank sentral sedunia di Jackson Hole nanti malam.
(rui/aji)