Logo Bloomberg Technoz

Pemerintah China telah memimpin kritikan terhadap rencana Tokyo membuang air limbah yang telah diolah dari pabrik nuklir Fukushima yang hancur ke laut. Mereka mengatakan, laut bukanlah tempat pembuangan pribadi Jepang. 

Reaksi konsumen juga mencerminkan kekhawatiran publik. Meskipun sebelumnya, Badan Tenaga Atom Internasional (International Atomic Energy Agency/IAEA) mengatakan langkah yang dilakukan Jepang sesuai dengan standar keselamatan global, juga tidak memiliki dampak yang signifikan pada manusia dan lingkungan.

Kini, sejumlah konsumen berbondong menimbun garam karena khawatir pembuangan air limbah akan mempengaruhi keamanan dan ketersediaan garam sebagai bumbu. Hal ini mengingatkan pada peristiwa di tahun 2011, setelah bencana nuklir Fukushima. Kala itu, para pembeli di China mengosongkan rak-rak toko karena muncul spekulasi garam iodin dapat membantu mencegah keracunan radiasi.

Pada Kamis, garam tampak terjual habis di aplikasi Hema Fresh, sebuah aplikasi belanja grosir populer milik Alibaba. Penjualan garam di Dingdong, platform e-commerce utama di China, juga melonjak selama dua hari terakhir hingga kehabisan stok pada Kamis malam. Dingdong mengatakan pihaknya berencana meningkatkan pasokan bumbu alternatif seperti garam mineral hingga kecap asin untuk memenuhi permintaan. 

Frank Tsai, profesor studi internasional di Universitas Xi'an Jiaotong-Liverpool di Suzhou, mengatakan larangan impor produk makanan laut Jepang oleh Beijing memberi China "kedudukan moral yang lebih tinggi dibandingkan Jepang."

"China dapat mengklaim mereka mewakili negara-negara Asia lain yang juga telah mengkritik Jepang," katanya. "Hal ini meningkatkan popularitas domestik dan menambahkan satu lagi keluhan populer di China tentang Jepang."

Ketegangan antara kedua negara terus berkobar dari waktu ke waktu. Biasanya ketegangan itu muncul terkait sengketa wilayah dan sejarah. Pada 2012, ketegangan meningkat setelah kabinet Jepang menyetujui pembelian sejumlah pulau dalam rangkaian yang dikenal sebagai Diaoyu di China, dan Senkaku di Jepang dari pemilik swasta Jepang.

Pemerintah China marah dengan tindakan tersebut, yang memicu protes dan boikot konsumen terhadap sejumlah produk Jepang.

Baru-baru ini, Jepang telah menjalin hubungan keamanan yang lebih erat dengan Amerika Serikat (AS) dan bergabung dengan Washington dalam mengendalikan ekspor peralatan pembuatan chip. Langkah ini juga memicu kemarahan di China.

Larangan terhadap produk laut Jepang dapat menguntungkan eksportir lain. Media China melaporkan bahwa beberapa restoran Jepang yang beroperasi di negara tersebut telah berhenti menggunakan produk dari Jepang, dan menggantinya dengan makanan laut dari sumber domestik dan negara lain.

Negara-negara pengimpor bahan makanan laut. (Sumber: Bloomberg)

Mark Tanner, direktur utama perusahaan pemasaran berbasis di Shanghai, China Skinny, yang mengukur sentimen pembeli untuk kliennya, mengatakan pembuangan air limbah nuklir oleh Jepang dapat mempengaruhi pandangan konsumen. Banyak yang tidak yakin bahwa ada penghilangan zat radioaktif yang efektif.

"Merek-merek Jepang telah lama punya persepsi yang sangat positif, bahkan hampir dianggap sempurna, yang dianggap konsumen China punya kualitas yang lebih baik dari sisi pengerjaannya yang tinggi, bersih, dan sehat," katanya.

Meskipun dia merasa gagasan itu tidak akan hilang, tetapi "konsumen China mungkin agak terganggu dengan beberapa sentimen negatif terhadap Jepang akibat pembuangan air limbah," tambahnya.

Laporan media negara tentang bahaya keselamatan pangan yang disebabkan oleh pembuangan air limbah itu juga memicu ketakutan. Global Times memposting sebuah ilustrasi di X, yang menunjukkan kemunculan makhluk laut yang diakibatkan oleh radiasi.

Seorang manajer asuransi yang berbasis di Fujian dengan nama belakang Chen memposting sebuah klip video dari pabrik Fukushima dan mengatakan: "Bumi bisa bertahan tanpa Jepang, tapi tidak bisa tanpa laut."

Namun beberapa konsumen lain melihat larangan impor ini sebagai sebuah kesempatan untuk memanjakan diri dengan makanan-makanan lezat Jepang favorit mereka sebelum regulasi itu benar-benar berlaku.

"Makanlah sebanyak-banyaknya makanan laut yang kamu bisa," kata seorang trader obligasi dengan nama belakang Li.

--Dengan asistensi dari Charlie Zhu, James Mayger, Jing Li, Zhu Lin, Dan Murtaugh dan Ben Sharples.

(bbn)

No more pages