Kemudian, grafit –yang juga salah satu elemen mineral penting dalam pembuatan baterai EV– juga masih diimpor dari China, Brasil, dan Mozambik dengan volume mencapai 44.000 ton per tahun.
Lalu, ada juga beberapa mineral logam lain yang ikut diimpor, di antaranya mangan sulfat dan kobalt sulfat yang pembeliannya masing-masing 12.000 ton per tahun. Volume itu telah mengambil 20% dari porsi kebutuhan bahan baku baterai EV.
"Gangguan dan atau kekurangan pasokan mineral penting berpotensi meningkatkan harga komoditas sehingga menghambat pengembangan produk energi ramah lingkungan," tuturnya.
Berdasarkan laporan Badan Survei Geologi Amerika Serikat atau USGS), Australia merupakan negara produsen litium terbesar dunia dengan produksi mencapai 61.000 metrik ton. Angka itu setara 46,92% dari total produksi litium global pada 2022.
Posisi kedua diduduki oleh Cile yang memproduksi sebanyak 39.000 metrik ton litium. Kemudian, China di posisi ketiga dengan memproduksi litium sebanyak 19.000 metrik ton. Lalu, Argentina dan Brasil dengan produksi litium masing-masing sebanyak 6.200 metrik ton dan 2.200 metrik ton.
(ibn/wdh)