Logo Bloomberg Technoz

Masih lesunya permintaan pembiayaan dari korporasi terutama karena penurunan kegiatan operasional terimbas permintaan domestik yang melemah, disusul penundaan sejumlah rencana investasi dan pelemahan permintaan ekspor. Terakhir adalah karena pertimbangan efisiensi suku bunga.

Sampai tiga bulan ke depan, berdasarkan hasil survei, kebutuhan pembiayaan korporasi masih akan stagnan di mana prediksi pengajuan kredit baru ke perbankan dalam negeri diperkirakan melambat. 

Walaupun ada harapan secara keseluruhan di kuartal III-2023, penyaluran kredit baru akan lebih baik dibandingkan kuartal sebelumnya untuk semua jenis kredit dan di hampir semua bank yang menjadi responden survei.

Deputi Gubernur Bank Indonesia Juda Agung menyatakan, bank sentral cenderung optimistis laju kredit tahun ini masih berpeluang menuju batas atas bila menilik pada perkembangan Rencana Bisnis Bank terakhir yang mencatat revisi ke atas yakni dari 10,36% pada Juni menjadi 11,31%.

"Ini indikasi perbankan lebih optimistis, terlebih dengan likuiditas di atas 26% mendorong mereka lebih optimistis dan ada willingness menyalurkan kredit," kata Juda dalam konferensi pers pengumuman hasil Rapat Dewan Gubernur BI, Kamis sore (24/8/2023).

Permintaan kredit diyakini akan tumbuh seiring dengan perbaikan ekonomi domestik, jelang Pemilu 2024 yang akan mendongkrak laju bisnis, perdagangan eceran terkait konsumsi. 

Upaya BI memberikan stimulus melalui insentif pengurangan GWM sebesar Rp47,9 triliun diprediksi akan menyumbang pertumbuhan kredit sebesar 0,55% pada Oktober.

"Jadi, kami optimistis outlook pertumbuhan kredit tahun ini di 9%-11% masih valid dan pada 2024 akan berada di 10%-11%," jelas Juda.

Akses Cepat

Survei BI menyebut, permintaan pembiayaan oleh rumah tangga memperlihatkan tren pertumbuhan lebih baik hingga bulan-bulan ke depan terutama untuk jenis kredit pemilikan rumah, kredit kendaraan bermotor, kredit alat-alat rumah tangga. 

Segmen debitur rumah tangga ini terbukti telah banyak menolong pertumbuhan kredit perbankan pada semester I-2023 lalu dengan laju penyaluran KPR serta kredit UMKM yang cukup kencang.

Bank seharusnya bisa lebih jeli lagi mengoptimalkan segmen rumah tangga dan nasabah individu itu terlebih bila melihat tren pertumbuhan pinjaman online melalui perusahaan teknologi finansial yang kencang.

Hingga Juni 2023, OJK mencatat pertumbuhan kredit pinjaman online telah mencapai 18,86%, melampaui pertumbuhan kredit perbankan yang hanya mencapai 7,76% di bulan yang sama.

“Artinya masyarakat lebih suka terhadap akses yang lebih cepat. Perbankan harus jeli, kalau dibiarkan terus nanti  banknya pindah ke sana,” kata Purbaya Yudhi Sadewa, Ketua Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan, beberapa waktu lalu.

(rui)

No more pages