Bloomberg Technoz, Jakarta - Perdagangan barang antara Amerika Serikat (AS) dan China menembus rekor tertinggi pada 2022. Hal ini menggambarkan konsumen dan perusahaan di dua ekonomi terbesar dunia ini tetap terhubung meski hubungan politik keduanya tegang.
Mengutip Bloomberg News, Departemen Perdagangan AS melaporkan pada Selasa (07/02/2023) bahwa total perdagangan barang antara kedua negara naik menjadi US$690,6 miliar (Rp 10.439 triliun) pada tahun lalu, melebihi rekor pada 2018.
Hubungan perdagangan antara kedua negara ini berisiko terhambat oleh tegangnya relasi politik antara Washington dan Beijing, yang kerap berselisih dalam berbagai masalah, termasuk hak asasi manusia, perdagangan, dan persaingan teknologi.
AS pun terus maju dengan rencana untuk membatasi akses China ke teknologi semikonduktor dan berusaha membuat negara-negara yang dianggap sekutunya melakukan hal yang sama kepada Negeri Panda.
AS juga terus berupaya mengurangi ketergantungan pada China dengan beralih ke negara lainnya, salah satunya India.
Nilai ekspor barang dagangan AS ke China tercatat naik ke level tertinggi sepanjang masa sebesar US$153,8 miliar, sementara impor meningkat menjadi US$536,8 miliar, tepat di bawah rekor 2018.
William Reinsch, mantan pejabat tinggi perdagangan di pemerintahan Presiden Bill Clinton yang saat ini menjadi penasihat senior di lembaga think tank CSIS yang berbasis di Washington, menanggapi soal rekor nilai perdagangan kedua negara.
“Ini menunjukkan bahwa konsumen memiliki pikirannya sendiri,” kata William.
“Di level pasar, kami masih melakukan banyak bisnis, terlepas dari hubungan kedua pemerintah. Hubungan makro tidak banyak berubah, kami masih banyak berdagang,” lanjutnya.
Saat ini di antara kedua negara, industri cip terus menjadi titik utama ketegangan perdagangan. Meski China adalah pembuat seluler dan komputer terbesar, AS masih menguasai sebagian besar teknologi cip yang mendasarinya.
Pejabat di kedua belah pihak telah mencari cara untuk memperbaiki hubungan ini. Menteri Keuangan AS Janet Yellen dan Wakil Perdana Menteri China Liu He telah mengadakan pertemuan langsung di Zurich pada Januari, menyusul diskusi tatap muka yang diadakan oleh Presiden AS Joe Biden dan Presiden China Xi Jinping di Bali pada November 2022 di KTT G-20.
Namun, upaya untuk mencairkan hubungan itu terhenti setelah Pentagon mendeteksi balon China yang dicurigai sebagai alat mata-mata di ketinggian tinggi di atas situs nuklir sensitif di Montana. Insiden ini menyebabkan penundaan kunjungan Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken ke Beijing.
(bbn)