“Niat konsumen untuk berbelanja online terus meningkat, terutama untuk kebutuhan dasar dan hiburan. Menariknya, perilaku ini sepertinya tetap bertahan meski krisis Covid-19 sudah berakhir,” sebut riset McKinsey.
Tidak hanya itu, pandemi juga membuat preferensi masyarakat akan suatu produk ikut berubah. Mungkin karena pandemi menyebabkan kesulitan ekonomi sehingga konsumen harus lebih selektif dalam membelanjakan uangnya.
Selepas pandemi, perilaku ini ternyata tetap bertahan. Konsumen tetap peka terhadap harga, dan lebih menyukai produk-produk massal yang dibanderol lebih murah.
“Khawatir terhadap situasi ekonomi membuat konsumen lebih peka terhadap harga, terutama untuk kebutuhan pokok. Shampo, misalnya, konsumen lebih memilih produk kelas massal. Penjualan shampo di Amazon meningkat pesat sementara shampo premium kehilangan sejumlah pelanggan setianya,” tulis riset McKinsey.
Kemudian, pandemi juga menyebabkan masyarakat lebih banyak menghabiskan waktu di rumah. Selepas pandemi reda, ternyata ini belum sepenuhnya berubah. Tidak sedikit orang yang memilih tetap bekerja dan beraktivitas di rumah.
“Niat untuk tetap makan di rumah meningkat pesat dalam 3 bulan terakhir. Ini otomatis meningkatkan pembelian alat-alat hiburan dan kebugaran. Konsumen sepertinya tetap banyak menghabiskan waktu di rumah, meski di wilayah yang pembatasannya tidak terlalu ketat,” lanjut riset McKinsey.
(aji)