Sementara sebagian besar perdagangan energi global menggunakan mata uang dolar, perluasan ini juga meningkatkan kemampuan blok tersebut untuk mendorong lebih banyak perdagangan dalam mata uang alternatif.
Menurut para analis dari Bloomberg Economics keanggotaan BRICS yang lebih luas diharapkan dapat berdampak lebih besar pada masalah global, yang juga berpotensi berkontribusi pada pembentukan jenis ekonomi global yang berbeda. Karena dibandingkan dengan G-7, kelompok BRICS memiliki pendekatan yang kurang berorientasi pasar.
"Pemperluasan BRICS didorong oleh keinginan untuk membangun alternatif terhadap sistem internasional yang berpusat pada hegemoni Amerika Serikat (AS)," kata Hasnain Malik, seorang ahli strategi di Tellimer di Dubai.
"Perlu dibedakan antara penggunaan dolar AS sebagai mata uang perdagangan, yang mungkin tergerus karena banyak yang mencari alternatif. Dan sebagai mata uang cadangan, yang hampir tidak dimiliki negara atau kelompok negara lain dalam hal ukuran, kredibilitas institusional, dan karakteristik yang bebas dikonversi untuk menyaingi."
Dorongan untuk perluasan ini sebagian besar dilakukan oleh China. Akan tetapi juga mendapat dukungan dari Rusia dan Afrika Selatan. Di sisi lain, India khawatir perluasan BRICS akan mengubah kelompok tersebut menjadi corong bagi China, sementara Brasil khawatir tentang mengasingkan negara-negara Barat.
"India akan bekerja dengan calon anggota BRICS lainnya untuk membantu bergabung dengan kelompok ini," kata Perdana Menteri Narendra Modi dalam sesi briefing di Johannesburg.
Lebih dari 20 negara dari Global South secara resmi mengajukan permohonan untuk bergabung sebelum KTT tersebut.
--Dengan asistensi dari Timothy Rangongo, Sudhi Ranjan Sen, Simone Iglesias, Ilya Arkhipov, Alister Bull, Monique Vanek dan Paul Vecchiatto.
(bbn)