“Dibandingkan dengan tahun 2022, laba Bank BRI yang bukan konsolidasi, meningkat pesat menjadi Rp 47,83 triliun. Padahal NIM-nya sudah turun 33%, dibandingkan tahun 2008,” jelasnya.
Sunarso menyebut peningkatan laba ditopang oleh jumlah nasabah mikro yang bertumbuh 3 kali lipat menjadi lebih dari 15 juta nasabah. Volume kredit juga tercatat meningkat 6 kali lipat menjadi Rp 1.029,80 triliun dibandingkan 2008.
“Jadi, jelas pendorong utama laba adalah semakin banyaknya nasabah mikro yang bisa dilayani oleh Bank BRI,” tambah Sunarso.
Sebelumnya, Presiden Joko Widodo sempat menyinggung terkait NIM perbankan Indonesia yang sangat tinggi. "Kredit pada 2022 tumbuh di angka 11,3% sangat bagus dan sudah double digit. Kemudian tingkat permodalan atau CAR berada di 25,68% ini lebih tinggi dibandingkan pra-pandemi yang 23,31%. Kemudian saya tanya ke OJK, NIM berapa sih? Katanya 4,4%. Tinggi banget, ini mungkin tertinggi di dunia," kata Joko Widodo pada Pertemuan Tahunan Industri Jasa Keuangan 2023 OJK, Senin (6/2/2023).
Terkait hal ini, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menilai Presiden Joko Widodo khawatir hal ini dapat menghambat bisnis sektor UMKM. Atas peringatan dari Jokowi, OJK berencana untuk mengkaji hal ini lebih lanjut.
Sementara itu, Sunarso menekankan bahwa bank BRI adalah bank yang berorientasi pada rakyat. “Saya ingin menegaskan bahwa BRI adalah bank rakyat. BRI berbisnis dengan rakyat dan diproses dengan caranya rakyat. Melalui pajak dan deviden, keuntungan BRI akan disetorkan ke negara dan kembali menjadi berbagai program pemerintah untuk rakyat,” tutupnya.
(tar/wep)