Secara teknikal, harga emas masih berada di area bearish. Ini tercermin dari skor Relative Strength Index (RSI) yang masih di bawah 50, yakni 47,98.
Namun RSI emas sudah hampir menyentuh 50. Artinya, sedikit lagi harga emas bisa masuk fase bullish.
Menggunakan pendekatan Moving Average (MA), potensi kenaikan harga emas sangat terbuka. Target kenaikan atau resisten terdekat ada di US$ 1.919,12/ons. Jika tertembus, maka ada peluang naik lagi menuju US$ 1.933,83/ons.
Sementara titik support harga emas ada di US$ 1.901,59/ons.
Harga Emas Bisa Rekor Lagi
Mengutip Bloomberg News, investor tidak sepenuhnya meninggalkan emas. Survei Bloomberg mengungkapkan, para pengelola investasi mempertahankan atau bahkan menaikkan eksposur mereka ke emas dalam 12 bulan mendatang.
Sebanyak 12 pengelola investasi yang menjadi responden mengungkapkan tidak ada yang berencana menurunkan kepemilikan emas mereka. Bahkan 5 di antaranya berencana untuk menambah.
Lebih dari dua pertiga responden memperkirakan harga emas akan naik, dan 5 responden ‘meramal’ harga akan mencapai rekor tertinggi lagi.
Namun, para responden juga menyebut masih ada tantangan. Terutama adalah kapan bank sentral Amerika Serikat (The Federal Reserve) akan mengakhiri siklus pengetatan moneter, yang sangat mempengaruhi harga emas karena statusnya sebagai aset tanpa imbal hasil (non-yielding asset).
“Kami memperkirakan akan ada peningkatan permintaan selagi investor menunggu kapan The Fed akan selesai (dengan pengetatan moneter). Ini adalah sentimen yang positif,” kata Darwei Kung, Head of Commodities and Portfolio Manager di DWS Group.
Dalam 12 bulan mendatang, Kung memperkirakan harga emas bisa menyentuh rekor baru di US$ 2.250/ons.
(aji)