Menjawab hal ini, Chief Executive Officer (CEO) Meta, Mark Zuckerberg, menerangkan versi situs jejaring (website) sudah siap dan “akan diluncurkan dalam beberapa hari ke depan.”
Meta paham jika aplikasi ini perlu tersedia di desktop untuk membangun Threads menjadi kebiasaan saat jam-jam kerja —utamanya usai gempita pada awal peluncuran Threads dan kini telah surut.
Perusahaan mengatakan pengalaman versi web melakukan hal-hal seperti mengunggah, melihat utas, dan berinteraksi dengan unggahan orang lain.
Threads adalah harapan bisnis Meta, sementara departemen lain mengalami tantangan bahkan pemangkasan. Sejak diluncurkan 5 Juli dengan tidak banyak sumber daya manusia (SDM) yang terlibat, kemudian mengalokasikan jumlah karyawan lebih dari 100 orang.
Jika proyek ini tidak dapat menarik pengguna dalam jangka panjang, juga pengiklan berbayar, Meta akan dihadapkan kembali pada risiko yang sama seperti pada lini bisnis lainnya.
Threads berhasil mengumpulkan lebih dari 100 juta pendaftaran dalam beberapa hari setelah peluncurannya awal bulan dan berpeluang menghasilkan pendapatan sekitar US$8 miliar selama dua tahun ke depan, menurut analis Evercore ISI.
Namun, sejak dirilis, penggunaan harian Threads anjlok lebih dari 70%, menurut Sensor Tower, sebuah perusahaan riset pasar.
Dengan kondisi hari ini, masih belum dipastikan apakah Threads akan menjadi budaya baru masyarakat dalam berinternet. Peluang untuk memikat para mantan pengguna Twitter tetap ada. Terlebih, X.com kini telah berubah —sangat fundamental—sejak Elon Musk mengakuisisi platform itu.
Salah satu yang bisa mencuri hati pengguna adalah sesama platform medsos asal China, video vertikal berdurasi singkat, TikTok, demikian dilaporkan Bloomberg.
Hal ini akan bergantung pada kecepatan pembaruan, dan apakah aplikasi ini dapat menarik pengguna baru yang mungkin belum pernah menggunakan Twitter.
(bbn)