Logo Bloomberg Technoz

AS telah membuat terobosan besar dalam upaya diplomatiknya, dan lebih dari 20 negara telah menandatangani Artemis Accords yang menawarkan kerangka kerja sama internasional dalam aktivitas luar angkasa. 

Sementara itu, China telah membentuk kemitraan erat dengan Rusia, yang pada awalnya adalah perpaduan kuat pengetahuan teknologi China dan pengalaman antariksa Rusia. Akan tetapi, baru-baru ini hubungan keduanya menunjukkan tanda-tanda meregang.

Kegagalan pendaratan pesawat luar angkasa Luna-25 Rusia di bulan akhir pekan lalu kemungkinan akan meningkatkan pengawasan terhadap hubungan kedua negara.

Kegagalan pendaratan di dekat kutub selatan bulan, juga memberi peluang bagi rivalnya, India, yang diharapkan akan mendaratkan pesawat luar angkasanya, Chandrayaan-3, di area tersebut pada hari Rabu (23/8/2023). Titik di dekat kubub selatan bulan merupakan okasi yang direncanakan sebagai pangkalan bersama oleh agensi luar angkasa China dan Rusia.

Jika misi India berhasil, maka bersama dengan negara BRICS lainnya, Brasil-yang telah menandatangani Artemis Accords yang didukung oleh AS-akan dianggap sebagai negara yang kuat dalam perlombaan luar angkasa global.

Akan tetapi, hal ini juga dapat meningkatkan tekanan pada China untuk mencari sekutu baru.  Juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Wang Wenbin, mengatakan dalam sesi konferensi pers reguler pada hari Senin bahwa proyek stasiun penelitian internasional ini "terbuka bagi semua mitra internasional yang tertarik dengan proyek tersebut." Akan tetapi, hanya sedikit negara yang menunjukkan antusiasme.

Pengamat industri memprediksi bahwa baik Washington maupun Beijing akan memperkuat upaya mereka untuk mendapatkan dukungan dari negara-negara Afrika yang ingin memiliki satelit dan program luar angkasa sendiri.

Hal ini juga kemungkinan akan menyebabkan perpecahan. Meskipun Afrika Selatan telah bersekutu dengan China, Nigeria dan Rwanda adalah negara-negara Afrika pertama yang menandatangani Artemis Accords pada bulan Desember.

"Ada banyak entitas yang ingin memenangkan kontrak penjualan layanan terkait luar angkasa kepada negara-negara Afrika, dan sektor luar angkasa di benua Afrika semakin berkembang," kata Julie Klinger, seorang profesor asisten di University of Delaware yang melakukan penelitian terkait politik luar angkasa global.

(bbn)

No more pages