Logo Bloomberg Technoz

Berikut peristiwa-peristiwa yang semakin menunjukkan kemerosotan di sektor properti China:

Pengembang Berutang Rp2,1 T ke Agen

Anak perusahaan Centaline di kota China, Shenzhen, tidak dapat membayar komisi kepada karyawannya karena pembayaran yang tertunda itu, menurut laporan South China Morning Post (SCMP) pada Minggu (20/08/2023) yang mengutip dokumen perusahaan yang bocor dan beredar di internet.

Centaline telah mengambil tindakan hukum terhadap pengembang properti tersebut, termasuk China Evergrande Group, Kaisa Group Holdings Ltd., dan Shimao Group Holdings Ltd., untuk menagih utang sebesar 535 juta yuan.

Dokumen pernyataan itu ditandatangani oleh CEO, Alex Shih, pada 11 Agustus 2023.

Pemerintah Daerah Tagih Utang ke Pengembang

Menurut media lokal, pemerintah daerah di beberapa kota di China memiliki tagihan piutang kepada pengembang properti masing-masing 1 miliar yuan (US$137 juta) hingga 2 miliar yuan dalam bentuk tagihan yang belum dibayar. 

Jumlah yang belum dibayar oleh perusahaan-perusahaan properti itu mencakup potongan pajak dan penggantian biaya penjualan tanah yang dijanjikan, Economic Observer melaporkan pada Senin (21/8/2023).

Saham Country Garden Dijual Murah

Saham Country Garden Developments. (Dok: Bloomberg)

Country Garden Holdings Co., dulu merupakan perusahaan pengembang properti asal China yang memiliki angka penjualan terbesar. Namun kini sahamnya menjadi penny atau ditawarkan dengan harga murah di bursa Hong Kong. 

Saham perusahaan turun 14,4% pada Jumat (11/8/2023) pagi menjadi HK$0,89. Saham berpotensi mengakhiri perdagangan di bawah HK$1 untuk pertama kalinya.

Terpuruknya saham Country Garden menjadi gambaran bagaimana kemerosotan harga properti secara terus-menerus, dan sekaligus membebani beberapa pengembang swasta terkuat di China.

Pengembang memperkirakan akan membukukan kerugian bersih US$7,6 miliar pada semester pertama tahun ini. Mereka juga telah menahan diri untuk tidak membahas pembayaran kuponnya dalam pengajuan di bursa Hong Kong pada Kamis malam.

Evergrande Ajukan Pailit di AS

China Evergrande Group adalah salah satu pengembang properti terbesar di China dan telah memainkan peran penting dalam pasar real estate negara tersebut selama beberapa dekade.

Perusahaan itu pertama kali gagal membayar obligasi dolar pada Desember 2021 setelah berbulan-bulan ketidakpastian tentang keuangannya. Kesulitan perusahaan tersebut memicu gelombang pertama kekhawatiran tentang sektor properti China yang terus meningkat.

Dalam beberapa tahun terakhir, perusahaan menghadapi kesulitan keuangan yang signifikan, yang memicu kekhawatiran tentang stabilitas sektor properti China.

China Evergrande Group pun mengajukan kebangkrutan Bab 15 di New York pada Kamis (17/08/2023). Dalam pengajuan bangkrutnya, dijelaskan proses restrukturisasi yang sedang berlangsung di Hong Kong dan Kepulauan Cayman. Unit Scenery Journey milik Evergrande juga mengajukan kebangkrutan Bab 15, bersama dengan afiliasi Tianji Holdings.

Bank-bank Pangkas Pertumbuhan Ekonomi China

Keterpurukan ekonomi China membuat bank-bank memangkas pertumbuhan ekonomi negara itu. Gelombang pemotongan proyeksi ini menunjukkan adanya risiko China gagal mencapai target resmi pertumbuhan ekonomi 5% tanpa kebijakan yang lebih berfokus.

Para ekonom JPMorgan, yang dipimpin oleh Haibin Zhu, kini memperkirakan pertumbuhan China sebesar 4,2% untuk tahun depan. Setelah pertumbuhan yang relatif rendah sebesar 3% pada tahun lalu, data yang dikompilasi oleh Bloomberg menunjukkan hal ini akan membuat China mengalami pertumbuhan di bawah 5% selama tiga tahun berturut-turut sejak zaman Mao Zedong.

Sementara itu, Barclays Plc memangkas perkiraan pertumbuhan ekonomi China sebesar 0,4 persen poin, menjadi 4,5% untuk tahun ini, sambil tetap mempertahankan proyeksi tahun 2024 di bawah konsensus sebesar 4%.

"Buruknya prospek pasar perumahan, terutama penurunan besar dalam pembelian tanah dan dimulainya rumah baru selama satu tahun lagi, cenderung meningkatkan tekanan terhadap ekonomi," kata ekonom JPMorgan.

(bbn)

No more pages