Investor asing pun telah menarik hampir US$4 miliar tahun ini dari pasar saham Thailand karena kebuntuan politik yang menurunkan kepercayaan, ditambah dengan penurunan ekspor, dan suku bunga acuan tinggi.
"Sebagian besar investor asing akan lebih optimistis pada prospek ekonomi Thailand setelah penyelesaian kebuntuan politik yang berlarut-larut," kata Varorith Chirachon, direktur eksekutif di SCB Asset, yang mengelola dana sekitar US$51 miliar.
"Partai Pheu Thai Srettha memiliki rencana yang jelas untuk stimulus baru yang seharusnya sangat membantu ekonomi di saat kritis ini,” ujar dia.
Srettha, yang merupakan mantan taipan properti ini adalah pemimpin baru pertama Thailand sejak 2014, ketika mantan kepala tentara Prayuth Chan-Ocha melakukan kudeta.
Saham dan baht menguat pada Selasa sebelum pemungutan suara parlemen selesai dalam antisipasi keberhasilan Srettha. Indeks SET naik 1,3%, tertinggi sejak 14 Juli, saat investor asing mencatatkan pembelian US$15 juta. Baht naik 0,5% terhadap dolar ke level tertingginya dalam dua minggu.
Namun, penurunan prospek pertumbuhan China akan terus memberikan tekanan pada baht, menurut RBC Capital Markets. Mereka mencatat bahwa target tahun ini untuk wisatawan China tidak akan terpenuhi.
Koalisi yang dipimpin Pheu Thai berjanji untuk melanjutkan kebijakan yang dijanjikan termasuk dompet digital senilai 10.000 baht (Rp4,3 juta) untuk semua warga Thailand, upah minimum harian 600 baht, gaji pokok 25.000 baht untuk lulusan universitas, dan harga jual tanaman pangan yang lebih tinggi.
(bbn)