Logo Bloomberg Technoz

Risiko Defisit Neraca Pembayaran, BI Rate Bisa Naik Lagi

Elisa Valenta
23 August 2023 10:20

Ilustrasi Bank Indonesia (BI). (Dimas Ardian/Bloomberg)
Ilustrasi Bank Indonesia (BI). (Dimas Ardian/Bloomberg)

Bloomberg Technoz, Jakarta - Pendirian Bank Indonesia (BI) untuk mempertahankan suku bunga acuan (BI rate) di level 5.75% hingga akhir tahun dinilai bisa saja berubah seiring dengan data Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) yang tercatat defisit.

Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) mencatatkan nilai defisit US$7,4 miliar pada kuartal II/2023 sejalan dengan defisitnya transaksi berjalan yang mencapai US$1,9 miliar. Ini merupakan defisit terbesar sejak kuartal pertama tahun 2020.

Bank Indonesia mencatat transaksi berjalan yang sebelumnya surplus sejak kuartal III/2021 tersebut tertekan oleh transaksi jasa yang defisit sekitar US$4 miliar, dipengaruhi karena defisit jasa transportasi barang, jasa telekomunikasi, dan asuransi.

"Kami memperkirakan BI akan menaikkan suku bunga sebesar 25bps menjadi 6,00% pada bulan Agustus atau September, bertentangan dengan ekspektasi konsensus mengenai apakah suku bunga akan dipertahankan atau diturunkan. Kami pikir pengetatan diperlukan untuk menstabilkan rupiah, karena defisit transaksi berjalan dan posisi cadangan devisa yang lebih buruk dari perkiraan," ujar Ekonom Bahana Sekuritas Satria Putera Sambijantoro dalam risetnya dikutip Rabu (23/8).

Meskipun BI rate naik, hal itu dinilai tidak akan menahan momentum  laju pertumbuhan Indonesia, tetapi akan memberikan jangkar yang sangat dibutuhkan untuk pasar valas.