“Nanti bisa lihat laporan di BPS seperti apa kondisinya. Kalau Bapanas memang sudah prediksi turun,” jelasnya.
Berdasarkan pantauan pada laporan bertajuk ‘Luas Panen dan Produksi Padi di Indonesia 2022’ yang dirilis oleh Badan Pusat Statistik (BPS), produksi beras di tahun 2022 mencapai 31.540 juta ton beras. Bila diperinci, produksi beras pada semester 2 memang tidak sebanyak produksi beras pada semester 1. Adapun produksi beras pada bulan Januari - Juni 2022 mencapai 18.607 juta ton, sementara Juli - Desember 2022 12.933 juta ton.
Dengan demikian, Arief mengatakan, terdapat dua pilihan yang dilakukan oleh Bapanas untuk mengamankan stok beras dalam negeri dan mencegah harga melambung tinggi.
Pertama, pihaknya mengutamakan produksi beras, namun ketika memiliki proyeksi bahwa produksi belum optimal pada semester 2, pihaknya melakukan impor. Hal ini dilakukan untuk mengamankan cadangan pangan pemerintah (CPP). Apalagi, jumlah surplus beras di tahun 2022 hanya cukup untuk stok selama 6 bulan ke depan.
“Kalau produksinya 1 tahun pada 2022 itu surplus 1,32 juta ton. 1 bulan kita perlu 2,55 juta. Artinya 1,32 juta ton hanya setengah bulan stok. Jadi impor dilakukan pada saat memerlukan, memang pahit untuk kita semua tapi kita menjamin ini semua terukur,” terangnya.
Arief menuturkan badan pangan telah menyiapkan pasokan cadangan pangan pemerintah (CPP) lebih awal sesuai dengan penugasan impor beras 2 juta ton di awal tahun. Hal ini dilakukan untuk mengantisipasi kenaikan harga beras yang sulit dibendung.
Pihaknya juga memastikan pasokan cadangan beras saat ini terus dicukupi oleh pemerintah. Arief menjelaskan, stok cadangan beras pemerintah (CBP) di Perum Bulog pada Selasa (22/8/2023) sudah mencapai 1,6 juta ton. Dengan pasokan itu, pemerintah akan menyalurkan bantuan beras pada Oktober, November, dan Desember 2023 kepada 21,35 juta keluarga penerima manfaat (KPM).
“Itu kurang lebih sekitar 640 ribu ton akan kita gelontorkan. Ini khusus untuk saudara-saudara kita yang membutuhkan, untuk 21,353 juta KPM selama 3 bulan. Jadi Presiden sudah memberikan penugasan (impor) 2 juta ton beras, stok yang secured di Bulog adalah 1,6 juta ton dan kita akan cari lagi 400 ribu sesuai penugasan,” tutupnya.
Sebagai tambahan informasi, berdasarkan Panel Harga Pangan milik Bapanas, harga beras medium yang melampaui HET terjadi sebesar 20% dari seluruh provinsi di Indonesia. Salah satunya terjadi di Jawa Tengah dimana harga mencapai Rp11.500 melampaui HET yang ditetapkan sebesar Rp9.450.
Selain itu, harga beras premium yang melampaui HET terjadi sebesar 5% dari seluruh provinsi di Indonesia. Salah satunya terjadi pada Provinsi Kalimantan dengan rentang harga Rp15.210-Rp.19.270. Padahal, HET yang ditetapkan Bapanas untuk provinsi tersebut adalah Rp13.000.
(ain)