Kemudian penjualan ritel pada Juli tumbuh 2,5% yoy. Bulan sebelumnya masih tumbuh 3,1%.
Lalu tingkat pengangguran Juli tercatat 5,3%. Naik dibandingkan Juni yang 5,2%.
Sementara indeks harga rumah pada Juli turun 0,1%. Memburuk dibandingkan Juni yang stagnan alias 0%.
Sedangkan investasi asing langsung (Foreign Direct Investment/FDI) pada Juli terkontraksi 4% yoy. Lebih dalam dibandingkan kontraksi Juni yang 2,7%.
“Pemulihan di China belum merata. Keyakinan konsumen masih lemah dan angka pengangguran tinggi,” sebut CFO Unilever Plc Graeme Pitkethly, seperti dikutip dari Bloomberg News.
“Pemulihan di China ternyata lebih lambat dari perkiraan semula. Butuh waktu untuk pulih setelah 3 tahun terpaan pandemi Covid-18,” sebut Nicholas Hieronimus, CEO L’Oreal SA, juga diberitakan Bloomberg News.
Analisis Teknikal
Secara teknikal, harga tembaga masih berada di fase bearish. Ini terlihat dari skor Relative Strength Index (RSI) di 42.
RSI di bawah 50 menandakan suatu aset sedang di area bearish.
Akan tetapi, skor RSI tersebut sudah mendekati 50. Jika sudah menyentuh 50, maka harga tembaga resmi masuk zona bullish.
Sepertinya pasar sedang mencoba menguji harga tembaga untuk masuk wilayah bullish. Ini tampak dari proyeksi harga yang bergerak ke utara.
Dari sisi Moving Average (MA), target kenaikan atau resisten terdekat ada di US$ 8.310/ton. Jika tertembus, maka ada kemungkinan naik lagi menuju US$ 8.452/ton.
(aji)