Sebagai catatan, Biodiesel B35 adalah campuran antara bahan bakar nabati berbasis minyak kelapa sawit sebanyak dan bahan bakar minyak (BBM) Solar. Sesuai namanya, kadar minyak kelapa sawit dalam bahan bakar tersebut mencapai 35%.
"Ada isu di luar yang mengatakan [implementasi] B35 akan mempersulit. Itu enggak benar. Justru, sangat menarik supaya konsumsi domestik makin tinggi. Sebab konsumsi minyak goreng Indonesia hanya butuh 11 juta ton," ujar Sahat.
Lebih lanjut, kebutuhan fatty acid metyhl ester (FAME) yang digunakan untuk produksi Biodiesel B35 diproyeksi naik dari 8,8 juta ton ke 10 juta ton pada 2023. Kemudian untuk minyak goreng konsumsinya diproyeksi naik dari 9 juta ton ke 11 juta ton.
Dengan demikian, maka konsumsi produk turunan dari kelapa sawit yang sebelumnya 40,5% dari keseluruhan produksi meningkat menjadi 44,6%. Tentu, ini menjadi angin segar di tengah tren menurunnya permintaan global akibat ancaman resesi ekonomi.
"Permintaan di luar negeri ini menurun karena ancaman resesi ekonomi. Ekspor juga sedang menurun. Meningkatnya permintaan domestik ini karena Biodisel B35 sangat bagus," pungkasnya.
(rez)