Logo Bloomberg Technoz

Penguatan rupiah terjadi di tengah kabar buruk defisit transaksi berjalan RI yang di luar dugaan angkanya lebih besar ketimbang prediksi pelaku pasar. 

Akan tetapi, pernyataan Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo hari ini yang menegaskan tidak ada perlunya menaikkan bunga acuan meski Federal Reserve, bank sentral AS, diprediksi kembali mengerek bunga 25 bps di akhir tahun ini, sepertinya cukup menenangkan pasar.

Kepercayaan diri BI bahwa rupiah bisa distabilkan melalui instrumen operasi moneter, lewat intervensi juga twist operation, memberi harapan stance kebijakan bank sentral belum akan bergerak menjadi lebih hawkish.

Dalam pernyataan terbaru hari ini di acara ASEAN di Jakarta, Gubernur BI Perry Warjiyo menegaskan bahwa BI akan terus mempertahankan kebijakan moneter dengan fokus menjaga stabilitas untuk memitigasi rambatan dampak ketidakpastian global tahun ini dan tahun depan.

Kebijakan moneter akan dijalankan melalui bunga acuan yang dilengkapi dengan upaya menyetabilkan nilai tukar rupiah dan memastikan kecukupan suplai dolar AS di pasar.

Perry juga menegaskan, bank sentral merespons kenaikan bunga acuan the Fed melalui kenaikan tingkat imbal hasil surat utang RI jangka pendek. Dengan begitu, animo pemodal diharapkan masih terjaga dan bisa mengerem tekanan arus modal keluar yang bisa semakin menjatuhkan nilai rupiah.

Di sisi lain, kebijakan makroprudensial akan tetap dijalankan untuk mendukung pertumbuhan kredit perbankan dan pertumbuhan ekonomi.

Perry menegaskan, tidak ada keharusan dan kebutuhan bagi Bank Indonesia untuk mengikuti langkah the Fed yang menaikkan bunga acuan. Pernyataan itu adalah penegasan kesekian kali kepercayaan diri bank sentral akan dapat mengendalikan dampak ketidakpastian global terhadap perekonomian domestik.

"Yang terpenting bukanlah kebijakan bunga acuan akan tetapi tingkat imbal hasil surat utang negara. Arus masuk modal asing merespons tingkat imbal hasil SUN, makanya kami melakukan twist operation," kata Perry.

Operation twist dilakukan bank sentral dengan menjual surat utang tenor pendek agar imbal hasilnya merangkak naik dan mendatarkan kurva imbal hasil sehingga bisa mendukung otot rupiah. 

Rupiah 'oversold'

Sepanjang tahun ini, rupiah tercatat sebagai satu-satunya valuta Asia yang mencatat penguatan melawan dolar Amerika meski dalam beberapa pekan terakhir capaian itu terkikis hingga ke level terlemah dalam lima bulan, akibat kegelisahan pelaku pasar memperhitungkan arah bunga acuan Federal Reserve yang terus melontarkan sinyal hawkish.

Akan tetapi, rupiah masih dipandang sebagai mata uang yang memberikan carry return menarik bagi pemodal global didukung oleh defisit anggaran negara yang menyempit.

Secara teknikal, rupiah telah berada di teritori oversold menurut stochastic. Level support di posisi Rp15.479/US$, level terendah pada 10 Maret, bersiap membantu membendung pelemahan.

"Pencapaian target fiskal Indonesia bisa membantu memposisikan rupiah ke lajur penguatan yang lebih kuat setelah the Fed berbalik arah dan imbal hasil US Treasury memasuki tren melemah," kata Alan Lau, Strategist di Malayan Banking Berhad Singapura seperti dilansir dari Bloomberg News, Senin (21/8/2023).  

Analis memperkirakan nilai tukar rupiah menghadapi dolar AS berpeluang menapak ke kisaran Rp14.900/US$ pada akhir tahun ini.

Mata uang Indonesia rupiah berpeluang kembali menguat (Bloomberg)

(rui)

No more pages