“Berdasarkan keahlian teknis yang mereka tunjukkan, saya tidak akan terkejut melihat rudal propelan padat berdiameter besar mulai melakukan uji terbang dalam 12 bulan ke depan,” kata Ankit Panda, senior fellow dalam program kebijakan nuklir di lembaga Carnegie Endowment for International Peace.
“Mereka sudah lama memberi isyarat bahwa mereka menginginkan pasukan ICBM [intercontinental ballistic missile] yang lebih responsif. Motor roket padat berdiameter besar sangat penting dalam hal ini,” lanjutnya.
Rezim Kim tahun lalu mencatatkan rekor uji tembak lebih dari 70 rudal balistik. Pada awal tahun ini, Kim berjanji akan meluncurkan satelit militer pertamanya dan mengembangkan jenis ICBM baru. Ia juga mengatakan akan meningkatkan persenjataan nuklirnya untuk menahan tindakan permusuhan AS dan Korsel.
Pekan lalu, Kementerian Luar Negeri Korut mengatakan pintu tetap tertutup untuk pembicaraan dengan AS soal penghentian persenjataan nuklirnya. Hal ini menjadi panggung untuk provokasi baru dengan Washington.
Rachel Minyoung Lee, regional affairs manager di Open Nuclear Network yang berbasis di Wina mengatakan bahwa meninjau dari komentar dan pidato publik Kim pada tahun 2022, kemungkinan pada parade itu Kim menyampaikan soal pergeseran fokus Korut ke industri pertahanan.
Lee, yang bekerja sebagai analis untuk Open Source Enterprise CIA selama hampir dua dekade, mengatakan kepemimpinan Korut akan terus menghadapi tantangan untuk melegitimasi peningkatan anggaran pertahanan di tengah memburuknya situasi ekonomi, terutama ketersediaan pangan.
“Untuk mengatasi masalah ini, Korut akan terus memperketat semua bidang masyarakat di satu sisi, sementara di sisi lain dengan taktik propaganda yang kreatif dan bahkan mungkin mengejutkan untuk memenangkan dukungan rakyat demi kelanjutan pengembangan dan produksi senjata,” katanya.
(bbn)