“Karena depresi dipengaruhi beberapa faktor, kondisi emosi dia atau dia mengalami misalnya putus hubungan dengan yang dia sayangi. Dan dia harus pindah rumah, putus pekerjaan, dia pasti mengalami depresi. Kalau dia merasa banyak masalah tidak diselesaikan dan dia merasa tidak ada orang yang dapat membantu dia, ya dia depresi. Misalnya seperti itu,” kata Dian.
Dia juga memberikan pesan untuk para gen Z yang sedang mengalami kondisi mental yang tidak baik atau yang gampang merasakan sedih.
“Sebenarnya teman-teman gen Z, kalau kalian lagi sedih jangan pernah dengerin lagu sedih, mendingan anda diam, duduk dan merenung, ‘kira-kira apa sih yang menyebabkan saya sedih?” ucap Dian.
“Cari teman yang bisa diajak ngobrol dan diskusi untuk meningkatkan mood positif, bukan orang-orang yang meningkatkan mood negatif kalian. Jadi harus bisa melakukan smart decision, sekarang sudah banyak sekali tele- counselling (konsuling melalui telepon) yang gratis maupun berbayar,” tambahnya.
Sebelumnya, pihak Spotify menuliskan di sebuah blog yang diunggah disitus resminya, Senin (21/8/2023) yang mengungkapkan gen Z lebih suka mendengarkan lagu sedih pada musim panas ini.
Menurut laporan Center for Disease Control youth risk behavior McKinsey & Co. Inc., peningkatan pencarian musik sedih oleh generasi Z terjadi seiring semakin meningkatnya masalah kesehatan mental generasi muda. Hampir semua indikator masalah kesehatan mental yang buruk di kalangan siswa sekolah menengah meningkat dari tahun 2011 hingga 2021. Mereka juga menemukan bahwa generasi Z memiliki pandangan hidup yang paling tidak positif.
(spt/ezr)