Sementara indeks saham LQ45 yang berisikan saham-saham unggulan ditutup di zona merah dengan mencatatkan kontraksi 2,96 poin atau 0,31% ke posisi 953,74.
Walaupun secara indeks tercatat melemah, masih ada aham-saham LQ45 yang bergerak pada teritori positif, PT Surya Esa Perkasa Tbk (ESSA) naik 40 poin ke posisi Rp670/saham, PT Bukalapak.com Tbk (BUKA) menguat 8 poin ke posisi Rp240/saham. PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO) terapresiasi 80 poin ke posisi Rp2.620/saham.
Adapun pasar saham Asia bergerak bervariasi pada perdagangan sore hari. Indeks Nikkei 225 menguat 0,37%, indeks Kospi naik 0,17%, indeks Hang Seng Hong Kong drop 1,82%, indeks Shanghai Composite turun 1,24% dan indeks Strait Times Singapore melemah 0,63%. Sementara itu, Dow Jones Index Future naik 0,37%.
Seperti yang diwartakan Bloomberg News, investor tengah mempersiapkan diri menjelang acara di Jackson Hole pada Kamis dan Jumat pekan ini, yang menampilkan beberapa pembicara termasuk Gubernur The Federal Reserve Jerome Powell dan juga Gubernur ECB Presiden Christine Lagarde.
Tim Research Phillip Sekuritas Indonesia memaparkan, pada notulen rapat Bank Sentral Amerika Serikat (Federal Reserve/The Fed) atau yang lebih dikenal dengan Fed Minutes dari pertemuan kebijakan Federal Reserve pada tanggal 25-26 Juli kemarin memberi indikasi bahwa The Fed masih fokus dalam menjinakkan inflasi dan tidak akan mengesampingkan kenaikan suku bunga lebih lanjut pada September.
“Investor berusaha menerima potensi suku bunga akan bertahan di level yang tinggi untuk waktu yang lebih lama serta pelemahan lebih lanjut pada ekonomi Tiongkok,” tulis Tim Research Phillip Sekuritas dalam riset hariannya.
Adapun Goldman Sachs Inc. memaparkan mulai menghindari saham-saham yang ditransaksikan di Bursa China. Perusahaan investasi ternama dunia ini menilai ada potensi penurunan harga, sampai dengan Beijing benar-benar mengeluarkan kebijakan yang kuat untuk mengatasi perlambatan ekonomi dan kehancuran pada sektor properti.
Goldman Sachs telah memangkas estimasi pertumbuhan laba per saham setahun penuh untuk Indeks MSCI China menjadi 11% dari sebelumnya 14%, dan mengurangi target indeks 12 bulan menjadi 67 dari 70, menurut sebuah catatan hari Senin dari para ahli strategi termasuk Kinger Lau. Target baru tersebut mengimplikasikan kenaikan 13% dari penutupan indeks pada hari Jumat.
Sementara itu dari regional, data ekspor awal Korea Selatan (Korsel) melanjutkan kontraksi pada Agustus. Hal ini menandai tanda atas lesunya perdagangan global yang membebani pertumbuhan ekonomi.
Pengiriman harian rata-rata menurun 10,7% dalam 20 hari pertama bulan ini dibandingkan dengan tahun sebelumnya, demikian menurut kantor Bea Cukai negara tersebut pada Senin (21/8/2023). Tercatat, total ekspor turun 16,5% dengan impor turun 27,9%. Alhasil, neraca perdagangan mencatat defisit sebesar US$3,6 miliar untuk 20 hari pertama Agustus.
(fad/ezr)