Logo Bloomberg Technoz

Bloomberg Technoz, Jakarta - Perencana Keuangan Andya Hardianti mengatakan banyaknya anak muda atau Gen Z yang terjebak dalam menggunakan layanan PayLater karena lebih memudahkan daripada menggunakan kartu kredit. 

“Beberapa faktor antara lain kemudahan akses melalui aplikasi, gaya hidup konsumtif, kurangnya pemahaman tentang perencanaan keuangan pribadi, keinginan untuk segara memiliki barang atau pengalaman serta tekanan sosial dan dorongan dari teman sebaya (FOMO) dalam pengambilan keputusan keuangan,” ujarnya kepada Bloomberg Technoz, Senin (21/8/2023).

Ia menambahkan bahwa adiksi terhadap PayLater ini juga diselimuti bahaya seperti akumulasi utang yang sulit untuk dilunasi. Jika tidak diatur dengan baik, biaya bunga dan denda keterlambatan dapat membuat jumlah utang semakin membengkak, mendorong perilaku konsumtif di mana seseorang cenderung membeli barang-barang yang sebenarnya tidak perlu, hanya karena kemudahan pembayaran nanti.

Selain itu juga menghambat keterampilan pengelolaan keuangan dengan menjadi ketergantungan pada pinjaman dan kredit dan akumulasi utang akibat penggunaan PayLater dapat menyebabkan stres, kecemasan, dan masalah kesehatan mental.

“Menggunakan PayLater berarti mengeluarkan uang yang sebenarnya belum kita miliki sehingga dapat merugikan perencanaan keuangan jangka Panjang,” katanya.

Andya menjabarkan solusi agar tidak terjebak PayLater adalah dengan melakukan budgeting untuk pengeluaran bulanan, menentukan batas maksimal yang dapat dialokasikan untuk berbagai kategori pengeluaran. 

Sebelum menggunakan PayLater, pikirkan apakah pembelian tersebut benar-benar diperlukan dan sesuai dengan prioritas keuangan dan memahami adanya biaya bunga dan denda keterlambatan yang mungkin timbul dari penggunaan layanan PayLater.

“Jika memutuskan menggunakan PayLater Tetapkan jadwal rutin untuk membayar tagihan PayLater. Hal ini akan membantu menghindari denda keterlambatan dan mengelola utang dengan lebih baik. Dan jangan membeli sesuatu hanya karena tekanan dari lingkungan ataupun media sosial. Tetap fokus pada kebutuhan dan tujuan keuangan pribadi,” paparnya.

Yang lebih penting lagi adalah menetapkan tujuan keuangan baik jangka pendek, menengah maupun jangka panjang. Dengan memiliki tujuan keuangan yang jelas, kita akan lebih berhati-hati dalam mengambil keputusan pembelian dan meningkatkan pemahaman tentang ilmu perencanaan keuangan. Seperti manajemen uang, investasi, dan pengelolaan utang.

(krz/spt)

No more pages