Logo Bloomberg Technoz

Sementara indeks harga rumah pada Juli turun 0,1%. Memburuk dibandingkan Juni yang stagnan alias 0%.

Sedangkan investasi asing langsung (Foreign Direct Investment/FDI) pada Juli terkontraksi 4% yoy. Lebih dalam dibandingkan kontraksi Juni yang 27%.

“Pemulihan di China belum merata. Keyakinan konsumen masih lemah dan angka pengangguran tinggi,” sebut CFO Unilever Plc Graeme Pitkethly, seperti dikutip dari Bloomberg News.

“Pemulihan di China ternyata lebih lambat dari perkiraan semula. Butuh waktu untuk pulih setelah 3 tahun terpaan pandemi Covid-18,” sebut Nicholas Hieronimus, CEO L’Oreal SA, juga diberitakan Bloomberg News.

Dampak ke Indonesia

Bagi Indonesia, kelesuan China adalah kabar buruk. Saat China ‘batuk-batuk’, Indonesia pasti akan tertular. Ini karena hubungan Indonesia-China begitu erat. Di sisi perdagangan, China adalah negara mitra dagang utama, nomor 1.

Dari sisi ekspor, nilai barang yang dikirim dari Indonesia ke China sepanjang Januari-Juli adalah US$ 34,86 miliar. Angka ini setara dengan 24,82% dari total ekspor non-migas. 

Artinya, hampir seperempat produk Indonesia dibeli oleh China. Jadi saat permintaan dari China turun, dampaknya terhadap ekspor secara keseluruhan akan sangat terasa.

Nilai Ekspor Indonesia ke China (Sumber: BPS, Bloomberg)

Terhadap Produk Domestik Bruto (PDB). ekspor adalah kontributor terbesar ketiga dari sisi pengeluaran setelah konsumsi rumah tangga dan investasi. Pada kuartal II-2023, ekspor berkontribusi 20,25% terhadap PDB.

Sepertinya masalah di China sudah terlihat di sisi ekspor. Pada kuartal II-2023, ekspor mengalami kontraksi 2,75% yoy. Ini menjadi kali pertama ekspor mengalami kontraksi sejak kuartal IV-2020. 

Impor dari China pun sangat dominan. Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan nilai impor non-migas Indonesia dari China selama 7 bulan pertama 2023 adalah US$ 35,53 miliar. Sama dengan 32,74% dari total impor non-migas, jarak dengan Jepang di peringkat kedua yang hanya 8,89%.

Nilai Impor Indonesia dari China (Sumber: BPS, Bloomberg)

Masalahnya, impor Indonesia sebagian besar adalah bahan baku/penolong dan barang modal. Keduanya dibutuhkan dalam proses produksi industri dalam negeri. 

Ini termasuk barang impor dari China, kebanyakan adalah untuk keperluan industri domestik. Berikut adalah 5 produk impor utama dari China sepanjang Januari-Mei:

Barang

Nilai (US$)

Peralatan telekomunikasi dan bagiannya

2.675.630.930

Peralatan pendingin dan penghangat ruangan serta bagiannya

904.740.316

Instalasi konstruksi, teknik sipil, serta bagiannya

766.269.565

Mesin pemrosesan data otomatis dan unitnya

671.338.738

Mesin dan perlengkapan elektrik

636.527.226

Sumber: BPS

Saat impor bahan baku/penolong dan barang modal turun, maka investasi akan terancam. Padahal investasi adalah kontributor terbesar kedua dalam pembentukan PDB, dengan sumbangan 27,9% pada kuartal II-2023.

China Lebih Berpengaruh Ketimbang The Fed

Bhima Yudhistira, Direktur Center of Economic and Law Studies (CELIOS), menilai perlambatan ekonomi China akan sangat berdampak terhadap prospek ekonomi Tanah Air. Bahkan dampaknya lebih besar ketimbang kenaikan suku bunga acuan oleh bank sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserve.

“Tiongkok adalah salah satu negara asal investasi yang terbesar, dan mitra investasi Indonesia. Kedua, mereka adalah mitra dagang. Kita ekspor ke Tiongkok itu bisa seperempat dari total ekspor Indonesia, kira-kira sekitar 25% kita kirim ke Tiongkok, dan itu tentu sangat mempengaruhi,” tuturnya. 

Menurut studi, lanjut Bhima, setiap penurunan ekonomi 1% di AS hanya berpengaruh ke Indonesia sebanyak 0,01%. Namun jika China yang turun 1%, maka dampaknya ke Indonesia bisa mencapai 0,3%.

“Jadi kita lebih sensitif dengan ekonomi Tiongkok. Sehingga kenaikan suku bunga AS belum tentu berdampak langsung ke capital market maupun surat utang di Indonesia, setidaknya dalam jangka waktu yang dekat,” tambahnya.

(aji/roy)

No more pages