Logo Bloomberg Technoz

Setelah mencerna pernyataan Powell, indeks S&P 500 dan Nasdaq yang sempat melambat kembali melesat. Sementara nilai tukar dolar AS melemah.

Sumber: Bloomberg

“Respons yang bullish di pasar menunjukkan bahwa nada (tone) Powell tidak lebih hawkish ketimbang pekan lalu. Padahal investor sudah mengantisipasi respons yang lebih agresif,” kata Ian Lyngen dari BMO Capital Market.

Sebelumnya, Presiden The Fed Minneapolis Neel Kashkari menyatakan kuatnya pasar tenaga kerja membuat bank sentral masih perlu menaikkan suku bunga. “Saat ini, perkiraan saya masih di sekitar 5,4%,” kata Kahkari kepada CNBC, mengacu kepada puncak suku bunga acuan.

Dalam waktu dekat, investor akan memantau pidato Presiden AS Joe Biden di hadapan Kongress. Pasar akan mencari tahu respons Washington terhadap ketegangan dengan China serta solusi atas debat soal batas utang (debt ceiling).

Bagi investor yang cemas harga saham bakal anjlok karena penurunan laba emiten, ada kabar baik. Penurunan ini sudah masuk perhitungan (priced-in).

Lebih dari separuh emiten di indeks S&P 500 sudah menyampaikan laporan keuangan kuartal IV-2023. Menurut data Bloomberg Intelligence, laba per saham (earnings per share) turun 2,8% dari tahun lalu. Lebih rendah dibandingkan perkiraan sebelumnya yaitu turun 3,3%.

“Kami melihat ruang pasar saham untuk upside. Indikator jangka pendek menunjukkan beberapa area mungkin naik terlalu cepat, tetapi kami tidak melihat ada pembalikan signifikan. Konsolidasi justru melahirkan kesempatan beli,” kata Craig Johnson dari Piper Sandler.

Namun tetap perlu diperhatikan bahwa Nasdaq sudah dekat dengan bull market dan laba emiten diperkirakan turun. Ini membuat valuasi terasa mahal sehingga menimbulkan risiko. Forward Price to Earnings Ratio (P/E) Nasdaq 100 sudah menyentuh 24 kali, level tinggi sejak April. 

(bbn)

No more pages