Logo Bloomberg Technoz

Rupiah mencatat pelemahan pekan kelima dan ditutup di level Rp15.285/US$ pada perdagangan di pasar spot terakhir pekan lalu (18/8/2023), di mana itu memungkasi serial pelemahan terpanjang sejak Juni lalu. 

Kurs tengah Bank Indonesia pekan lalu ditutup di posisi Rp15.308/US$. 

Adapun di pasar derivatif, kontrak nondeliverable forward USD/IDR sepekan mencatat pelemahan tiga hari berturut-turut dan pagi ini terpantau melemah ke posisi Rp15.301, sementara kontrak 1 bulan juga melemah ke kisaran Rp15.312/US$. Imbal hasil SUN tenor 10 tahun tercatat melejit ke level 6,524% pagi ini melanjutkan reli dalam enam hari terakhir. 

Secara teknikal, rupiah telah berada di teritori oversold menurut stochastic. Level support di posisi Rp15.479/US$, level terendah pada 10 Maret, bersiap membantu membendung pelemahan.

Untuk hari ini, ada potensi penguatan rupiah secara terbatas menuju resistance terdekat pada level Rp15.259/US$ dan resistance selanjutnya pada level Rp15.216/US$ pada indikator MA-200 dan Rp15.178/US$ sebagai level optimis penguatan rupiah untuk tren jangka pendek.

Adapun nilai rupiah memiliki level support psikologis pada level Rp15.310/US$. Apabila level ini berhasil tembus, maka mengkonfirmasi laju support selanjutnya pada level Rp15.352/US$ hingga Rp15.387/US$.

Analisis Teknikal Nilai Rupiah Senin 21 Agustus (Divisi Riset Bloomberg Technoz)

Penentuan bunga acuan

Nilai tukar rupiah telah melemah 4% sejak tren penurunan dimulai pada Mei lalu karena sentimen negatif dari Tiongkok yang memperlihatkan kelesuan pemulihan ekonomi. Alhasil, investor asing banyak yang terdorong mengurangi posisi di aset-aset pasar keuangan Indonesia dan belum memperlihatkan penguatan permintaan.

Pembelian surat utang negara (SBN) oleh pemodal asing terlihat melambat dengan catatan posisi jual bersih sebesar US$805 juta di pasar saham pada kuartal ini, berdasarkan data yang dikompilasi oleh Bloomberg.

Pekan ini, Bank Indonesia akan menggelar Rapat Dewan Gubernur pada 24 Agustus nanti di mana para analis memperkirakan bank sentral akan kembali mempertahankan bunga acuan dalam tujuh bulan berturut-turut.

Dalam pernyataan terakhir, Bank Indonesia menegaskan kebijakan akan diarahkan untuk membantu memperkuat stabilitas nilai tukar dan mengelola inflasi barang importasi (imported inflation).

Di saat yang sama, upaya memperbanyak suplai dolar AS di pasar domestik melalui kewajiban repatriasi devisa hasil ekspor sejauh ini belum cukup mampu membendung tekanan pada rupiah.

"Posisi kami 'konstruktif' pada rupiah yang seharusnya diperdagangkan pada kisaran Rp14.900/US$ pada akhir tahun, mengungguli valuta Asia lain mengingat daya tarik rupiah," kata Adarsh Sinha, analis Bank of America.

Kredibilitas Bank Indonesia juga terlihat masih kuat dalam mencegah pelemahan tajam nilai tukar.

-- dengan bantuan laporan David Finnerty, Matthew Burgess dari Bloomberg News dan analisis teknikal M. Julian Fadli dari Bloomberg Technoz.

(rui)

No more pages