“Prospek permintaan logam industri melemah seiring perlambatan ekonomi China, khususnya di sektor properti. Stimulus fiskal dan moneter mungkin bisa menjadi obat sementara, tetapi tidak cukup kuat,” sebut keterangan Capital Economics, seperti dikutip dari Bloomberg News.
Analisis Teknikal
Secara teknikal, harga nikel berpeluang naik. Maklum, koreksi yang sudah dalam tentu melahirkan kesempatan technical rebound.
Berdasarkan pendekatan Moving Average (MA), target kenaikan terdekat ada di US$ 20.310/ton. Jika tertembus, maka target selanjutnya ada di US$ 20.957/ton.
Namun, momentum harga nikel masih berada di zona bearish. Ini ditunjukkan dengan skor Relative Strength Index (RSI) di 36.
RSI di bawah 50 menunjukkan harga aset sedang berada dalam tren bearish. Ini membuat risiko aksi jual masih terbuka.
Akan tetapi, skor RSI harga tembaga sudah mendekati 30. Artinya, sedikit lagi masuk area jenuh jual (oversold). Saat sebuah aset sudah tergolong oversold, maka peluang rebound akan membesar.
(aji)