Harga emas dan dolar AS memiliki hubungan yang berbanding terbalik. Saat dolar AS perkasa, biasanya harga emas bergerak sebaliknya.
Ini karena emas adalah aset yang dihargai dalam dolar AS. Saat dolar AS menguat, maka emas jadi lebih mahal bagi investor yang memegang mata uang lain. Akibatnya, permintaan emas akan berkurang dan harga mengikuti.
Apresiasi dolar AS tidak lepas dari ekspektasi pasar terhadap arah kebijakan bank sentral The Federal Reserve/The Fed. Ekonomi AS yang tetap kuat dan pasar tenaga kerja yang masih ketat meski suku bunga acuan sudah naik tinggi membuat pasar cemas. Bisa jadi Ketua Jerome Powell dan kolega akan mengerek Federal Funds Rate lebih tinggi lagi.
“Investor khawatir, ekonomi terlalu kuat dan The Fed mungkin perlu menaikkan suku bunga acuan lagi. Ini membuat dolar AS terus menguat,” kata David Donabedian, Chief Investment Officer di CIBC Private Wealth US, seperti dikutip dari Bloomberg News.
Analisis Teknikal
Ke depan, kira-kira seperti apa proyeksi harga emas? Apakah penurunannya sudah mencapai dasar dan bersiap rebound?
Sepertinya demikian. Secara teknikal, Relative Strength Index (RSI) harga emas ada di 30,93. Sudah sangat dekat dengan titik jenuh jual (oversold) 30.
Jika RSI sudah di bawah 30, maka artinya sentimen bukan lagi bearish tetapi oversold. Ini membuka peluang harga emas untuk bangkit.
Berdasarkan pendekatan Moving Average (MA), target kenaikan terdekat ada di US$ 1,903,19/ons. Jika tertembus, maka ada ruang untuk naik lagi menuju US$ 1.906,6/ons.
(aji)