Nasabah KPR di Selandia Baru Tercekik Bunga yang Melambung Tinggi
Ruisa Khoiriyah
13 January 2023 17:10
Bloomberg Technoz, Jakarta - Pasar properti Selandia Baru telah berubah dari salah satu yang terpanas di dunia menjadi yang terdepan dalam periode kesuraman properti era pandemi. Para pemilik rumah di Selandia Baru menghadapi dua pukulan sekaligus yaitu kejatuhan harga rumah dan kenaikan bunga KPR pada 2023 ini. Ini bisa menjadi gambaran yang dapat terjadi di negara lain.
Negeri kecil dengan jumlah penduduk 5 juta jiwa itu sejatinya telah menyaksikan kenaikan harga rumah hampir 30% pada 2021. Namun, kondisi itu kini berbalik seiring kebijakan pengetatan moneter bank sentral Selandia Baru (RBZ) yang agresif sebagaimana juga terjadi di berbagai negara seperti Kanada, Inggris dan Amerika Serikat.
Bank sentral memperkirakan, sekitar setengah dari kredit perumahan berbunga tetap diprediksi akan menderita kenaikan bunga tahun ini. Kenaikannya bisa dua kali lipat yaitu dari kisaran 3% menjadi setidaknya 6,5%. Mantan Perdana Menteri John Key yang saat ini menjabat Chairman ANZ Bank Selandia Baru menggambarkan, beban keuangan yang bakal dipikul oleh debitur perumahan kira-kira seperti ini: Seseorang meminjam NZ$ 1 juta atau setara US$ 638.000 (sekitar Rp 9,89 miliar) pada awal 2022, akan membayar biaya bunga sekitar Rp 338,37 juta per tahun. Dengan kenaikan bunga saat ini, pinjaman yang sama bisa menelan biaya bunga sebesar Rp 628,41 juta per tahun. “Ini akan berdampak besar pada masyarakat,” jelas Key.
Harga perumahan di Selandia Baru telah merosot 13% sejak mencapai harga puncak pada November 2021. ANZ memperkirakan harga properti akan meluncur ke titik terendah pada kuartal ketiga tahun ini, dengan penurunan mencapai 22%. Kenaikan suku bunga dan perlambatan perumahan diperkirakan akan mendorong perekonomian negeri Kiwi ke jurang resesi tahun ini akibat konsumen mengurangi pengeluaran mereka.
“Ini akan sangat menyakitkan bagi banyak rumah tangga,” ujar Jarod Kerr, Kepala Ekonom Kiwibank Auckland. “Kami sudah mendengar cerita tentang orang-orang yang harus menghabiskan sebagian besar pendapatan mereka untuk membayar KPR.”