Asep menambahkan, pemerintah seharusnya tidak selalu menyalahkan gaya hidup anak muda saat ini. Menurutnya, pemerintah juga harus melihat bahwa anak muda sekarang juga belum semua mendapatkan gaji layak.
“Banyak dari teman-teman gue akhirnya menggunakan PayLater karena gaji mereka tak mencukupi. Jadi kalau sampai tidak bisa ajukan KPR, ya risiko, tapi mau gimana lagi,” tambah Asep.
Kepala Eksekutif Pengawas Perilaku Pelaku Usaha Jasa Keuangan, Edukasi dan Perlindungan Konsumen OJK Friderica Widyasari Dewi mengatakan banyak anak muda gagal mengajukan kredit pemilikan (KPR) karena belum menyelesaikan kewajiban atau tunggakannya pada perusahaan PayLater.
“PayLater sudah masuk ke SLIK kita [OJK]. PayLater ini sudah nyata banget. Beberapa bank mengeluhkan, tanda kutip, ke kami ini anak-anak muda banyak yang harusnya ngajuin KPR rumah pertama, yang lebih penting kan rumah, tapi gak bisa karena ada utang di PayLater. Itu kadang Rp300.000, Rp400.000 tapi kemudian kredit skor jelek,” jelas Kiki di Jakarta, Jumat (18/8/2023).
Pihak OJK juga berpesan kepada masyarakat muda untuk berhati-hati akan hal tersebut. Implementasi PayLater harus diketahui skemanya dan disiplin dalam membayar. Bahkan meski sudah melakukan pelunasan dan menutup akun PayLater, skor tidak secara langsung kreditnya membaik.
(spt/wep)