Logo Bloomberg Technoz

Salah satu perusahaan yang berencana membangun smelter HPAL baru adalah PT Vale Indonesia Tbk. (INCO) di Pomalaa dengan kapasitas 120.000 ton nikel dalam format mixed hydroxide precipitate (MHP). Ditargetkan rampung 2025, pabrik ini merupakan hasil patungan INCO dengan Huayou dan Ford Motor Co. Selain smelter Bahadpoi. Proyek ini juga termasuk dalam salah satu proyek strategis nasional (PSN).

Irwandy menyebut saat ini ada beberapa versi riset terkait dengan kecukupan pasok saprolite di dalam negeri. Sebagian lembaga, mengatakan nikel kadar tinggi di Tanah Air akan habis dalam 7 tahun, sebagian lainnya mengatakan 10 tahun dan 15 tahun.

Menurut Kementerian ESDM sendiri, cadangan saprolite di dalam negeri masih mencukupi untuk sekitar 10—15 tahun, tergantung pada konsumsi serta penemuan cadangan baru dari eksplorasi, serta pada pemanfaatan nikel kadar rendah (limonite) selain saprolite.

Sumber pasok nikel dunia./dok. Bloomberg

Terkait dengan eksplorasi sumber nikel kadar tinggi di dalam negeri, Irwandy mengatakan kalangan industri masih terus berupaya menemukan ladang hijau (green field). Terdapat juga calon investor yang berminat melakukan eksplorasi ladang nikel baru.

“Nah, yang berminat ini menunggu surat penugasan. Surat penugasan itu menunggu aturan turunan dari Peraturan Pemerintah [PP] No. 25/tentang Wilayah Pertambangan. Setelah itu akan ada aturan turunannya,” tutur Irwandy. 

Persoalan Penghiliran

Lebih lanjut, Irwandy mengelaborasi hampir 100% penghiliran nikel di Tanah Air sebelumnya diarahkan ke investasi smelter RKEF yang menggunakan teknologi pirometalurgi untuk menghasilkan nickel pig iron (NPI) dan feronikel.

Untuk diketahui, smelter RKEF menghasilkan feronikel sebagai bahan baku komoditas besi dan baja nirkarat. Smelter nikel RKEF membutuhkan bijih nikel kadar tinggi (saprolite) sebagai bahan bakunya.  

Sebaliknya, untuk keperluan produksi baterai kendaraan listrik, jenis yang dibutuhkan adalah nikel kadar rendah (limonite) yang diproses lewat smelter berteknologi HPAL atau berbasis hidrometalurgi.  

Sekadar catatan, pemurnian berbasis pirometalurgi adalah proses memisahkan bijih (ore) dan logam dengan pemanasan suhu tinggi. Sebaliknya, hidrometalurgi dilakukan dengan teknik reagen pelarut (solvent) pada suhu lebih rendah.

Kompleks pengolahan nikel yang dioperasikan oleh Harita Nickel di Pulau Obi, Maluku Utara, Selasa (7/3/2023). (Dimas Ardian/Bloomberg)


“Nah smelter-smelter [RKEF] yang masuk kerja sama yang 90% dari China itu kan sebenarnya mulai dari Antam dan Vale Indonesia atau INCO. Namun, ICO kan [memproduksi] nickel matte ya. Kenapa mereka terpilih? Karena memang murah. Pebisnis tambang itu pasti cari [investasi] yang murah,” terang Irwandy.

Meski demikian, dia mengatakan masifnya investasi smelter RKEF dari China tersebut, penerimaan negara pun meningkat. Ke depan, pemerintah akan menggaet investor dari negara lain juga.

“Bukan dari China saja, terutama untuk RKEF baru yang sudah disetujui nanti akan dibatasi, [tetapi sekarang] baru imbauan. Nah, yang kami harapkan nanti perkembangan [investasi smelter HPAL] yang ke proses baterai kendaraan listrik,” tuturnya. 

Dirjen Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi, dan Elektronika (ILMATE) Kemenperin Taufiek Bawazier sebelumnya mengatakan saat ini terdapat 34 perusahaan nikel yang beroperasi di Tanah Air, tetapi hanya 4 di antaranya yang sudah menggarap investasi smelter HPAL.

Dia mengelaborasi ekspor produk nikel masih didominasi oleh feronikel dengan volume sebanyak 5,7 juta ton dan nilai US$13 miliar pada tahun lalu. Di sisi lain, ekspor slab HRC dan CRC mencapai US$4 miliar. Dengan kata lain, penjualan produk hilir komoditas mineral tersebut masih belum optimal.

Perdana Bagi Indonesia, NCKL Memproduksi Bahan Baterai Kendaraan Listrik: Nikel Sulfat (Dok Perusahaan)


Ketua Umum Forum Industri Nikel Indonesia (FINI) Alexander Barus menyebut jumlah lini pengolahan bijih nikel di Indonesia sudah mencapai 140 unit yang dengan kemampuan produksi mencapai 130 juta metrik ton per tahun. Angka tersebut tidak sebanding dengan volume produksi tahunan tambang bijih nikel yang tak lebih dari 100 juta metrik ton.

“Investasi di smelter yang menghasilkan NPI [nickel pig iron] dan feronikel sudah seharusnya dibatasi. Sekarang sudah 140 line dengan kapasitas produksi 130 juta metrik ton. Penambang mau dapat 100 juta metrik ton saja harus kerja keras,” katanya ketika ditemui usai Reuni 45 Tahun Alumni Institut Teknologi Bandung (ITB) 1978, akhir Mei.

(wdh)

No more pages