Meski demikian, masa konsolidasi menuju profitabilitas ternyata tak bertahan lama dengan kehadiran pesaing baru, TikTok milik ByteDance. Aplikasi media sosial ini telah masuk ke area pertempuran e-commerce dengan TikTok Shop. Selain itu juga, Alibaba juga kembali serius menggenjot ekspansi Lazada.
Ekspansi keduanya telah menggerus Shoppe yang mencatatkan pertumbuhan pendapatan melambat menjadi 21% pada kuartal II-2023 dan menjadi paling lambat dalam catatan. Sementara Tokopedia mencatatkan pertumbuhan pendapatan kotor 8,5% dalam periode yang sama.
Founder sekaligus CEO Sea Ltd. Forrest Li mengatakan kepada analis pada hari Selasa lalu bahwa Sea bermaksud untuk meningkatkan investasi di arena yang sangat kompetitif, yang berpotensi menghasilkan kerugian di masa depan. Pernyataan ini langsung direspons dengan penurunan harga saham 29% dan menghapus valuasi US$10 miliar atau Rp150 triliun hanya dalam sehari.
Analis Citigroup Alicia Yap,menurunkan peringkat saham Sea menjadi netral dari beli, mengatakan "Pertempuran brutal mungkin baru saja dimulai," kata Alicia Yap.
Beda dengan Forrest Li, Patrick dengan jujur mengatakan tidak mau terjebak lagi ke dalam pertarungan bakar uang. “Buat apa kita bertarung dengan cara mereka. Lebih baik fokus pada kekuatan sendiri,’ ujar Patrick.
Patrick menjanjikan GOTO akan terus disiplin terhadap seluruh biaya sambil melakukan review terhadap seluruh business model. Dia menekankan kolaborasi antara seluruh ekosistem akan diperkuat untuk meningkatkan pendapatan.
“Kami punya kemampuan melakukan itu karena kami unik dengan kekuatan ekosistem yang lengkap dan terintegrasi. Tantangan kami adalah memonetisasi dan mengoptimalkan berbagai kekuatan itu dengan eksekusi bisnis yang lebih cepat,” ujarnya.
Dia juga menegaskan kondisi keuangan GOTO semakin sehat, karena pelanggan loyal yang tidak peduli harga. “Tapi untuk meningkatkan pertumbuhan, kami harus bisa menggarap segmen konsumen yang peka harga. Volume transaksi ada di segmen mass market ini,” ujarnya.
Game Changer
Patrick juga mengatakan GoTo Financial akan menjadi lokomotif pertumbuhan bagi GOTO. Hal ini didukung dengan penguatan produk-produk yang meningkatkan pendapatan seperti pinjaman dan buy now pay later.
“Kami masih mode investasi atau masih masih masa membangun, Saya akui kami terlambat dalam memacu GTF. Tetapi saat ini perkembangan sudah sangat bagus,” ujar Patrick.
Pada kuartal II-2023, GTF mencatatkan adjusted EBITDA minus Rp508 miliar. Kerugian adjusted EBITDA GTF tertinggi di antara on demand service, e-commerce, dan logistik. Bila diakumulasi dalam semester I-2023, adjusted EBITDA GTF tercatat minus Rp1,02 triliun, turun 39% secara year on year yang tercatat minis Rp1,68 triliun.
Sama dengan unit lain, perkembangan GTF juga akan dimaksimalkan dalam ekosistem grup usaha. Produk pembiayaan dan paylater akan digenjot di Tokopedia dan Gojek. Bahkan, GTF sedang menyiapkan agar produk paylater bisa digunakan di toko offline yang masuk ke dalam jaringan.
“Kami juga sudah mendapatkan komitmen dari Bank Jago yang akan mendukung pendanaan,” ujar Patrick.
(dba)