Konsumsi rumah tangga pada kuartal II-2023 tumbuh impresif 5,23%. Lebih tinggi dari kuartal sebelumnya yang 4,54% sekaligus jadi yang tertinggi sejak kuartal III-2022.
"Konsumsi tumbuh positif didorong oleh perayaan hari besar keagamaan dan pemberian Tunjangan Hari Raya serta gaji ke-13. Dorongan konsumsi rumah tangga tercermin dari peningkatan mobilitas masyarakat," jelas Deputi Kepala BPS Bidang Neraca dan Analisis Statistik Moh Edy Mahmud.
Konsumsi Mulai Lesu
Memasuki kuartal yang baru, kondisi mulai berubah. Berbagai indikator menunjukkan bahwa konsumsi tidak akan sekuat dulu.
Pertama Indeks Keyakinan Konsumen (IKK). Pada Juli, IKK berada di 123,5. Masih di atas 100, masih di zona optimistis.
Akan tetapi, optimisme konsumen sedikit mengendur. Sebab pada bulan sebelumnya, IKK masih di 127,1. Angka Juli 2023 juga menjadi yang terendah dalam 4 bulan terakhir.
Kedua penjualan mobil. Pada Juli, penjualan mobil turun 6,8% yoy. Ini menjadi yang terendah sejak April.
Ketiga, penjualan rumah/apartemen hunian atau properti residensial. Survei Harga Properti Residensial (SHPR) menunjukkan Indeks Harga Properti Residensial (IHPR) pada kuartal II-2023 tercatat naik sebesar 1,92% yoy. Lebih tinggi dibandingkan dengan kenaikan pada kuartal sebelumnya yang sebesar 1,79% yoy.
"Dari sisi penjualan, hasil survei mengindikasikan penjualan properti residensial di pasar primer pada triwulan II 2023 masih belum kuat. Penjualan properti residensial terkontraksi 12,3% (yoy) pada triwulan II 2023, lebih dalam dari kontraksi triwulan sebelumnya sebesar 8,26% (yoy)," ungkap laporan BI yang dirilis Rabu (16/8/2023).
Ekonomi Melambat pada Kuartal III?
Seperti yang disebut sebelumnya, konsumsi adalah kontributor utama dalam pembentukan PDB. Saat konsumsi lesu, maka pertumbuhan ekonomi akan mengikuti.
Kemungkinan inilah yang akan terjadi pada kuartal III-2023, yang terlihat dari sejumlah data high-frequency yang sudah dirilis sejauh ini. Hasil survei yang digelar oleh Bloomberg terhadap 44 ekonom yang dilangsungkan pada 7-10 Agustus, pertumbuhan ekonomi kuartal III-2023 diperkirakan sebesar 5%.
Belanja terkait Pemilu, yang diharapkan bisa menjadi pengerek konsumsi, diperkirakan tidak berdampak semasif mudik. Riset MNC Sekuritas menyebut biasanya ekonomi malah melambat jelang Pemilu. Usai Pemilu, baru pertumbuhan ekonomi bisa naik lagi.
“Selain itu, tahun ini ada tantangan lain yaitu kebijakan moneter ketat dan penurunan harga komoditas,” jelas riset MNC Sekuritas.
Sepanjang 2023, MNC Sekuritas memperkirakan ekonomi Indonesia tumbuh di bawah 5%, tepatnya 4,87%. Jika berbagai risiko ke bawah (downside risk) terwujud, maka BI diperkirakan bisa mempertimbangkan pemotongan suku bunga acuan.
Bhima Yudhistira, Direktur Center of Economic and Law Studies (CELIOS), berpendapat senada. Menurutnya, sulit untuk berharap ekonomi bisa tumbuh setinggi kuartal II-2023.
“Meskipun inflasi kita terbilang cukup baik dan terkendali bahkan agak sedikit menurun, tetapi yang perlu diketahui pada kuartal III adalah ini tidak ada momen musiman di mana masyarakat bergerak untuk berwisata secara masif, itu tantangannya.
“Pada kuartal III, biasanya belanja pemerintah mulai meningkat tetapi belum setinggi kuartal IV. Kemungkinan pertumbuhan pada kuartal III berada pada kisaran 4,9%,” terang Bhima.
(aji/dba)