Awal bulan ini, Perdana Menteri Pham Minh Chinh mengatakan bahwa pemerintah bertujuan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi menjadi sekitar 9% pada paruh kedua tahun ini untuk memenuhi target setahun penuh.
Dia mengatakan akan mengarahkan sumber keuangan pemerintah, kementerian keuangan dan lembaga-lembaga lain, untuk membantu membuat pinjaman lebih terjangkau bagi bisnis. Pham Minh Chinh dan pejabat pemerintah lainnya juga telah menyerukan penurunan suku bunga acuan untuk membantu perekonomian di tengah melambatnya inflasi.
Meskipun Bank Sentral atau State Bank of Vietnam telah memangkas suku bunga empat kali tahun ini, otoritas moneter masih ragu-ragu untuk melonggarkan kebijakan lebih lanjut, dengan alasan adanya kekhawatiran akan kredit macet yang pada akhirnya dapat mengancam stabilitas keuangan negara.
Setahun sebelumnya, pertumbuhan kredit Vietnam untuk periode Januari-Juli mencapai 9,55%, menurut data di situs web bank sentral. Untuk periode Januari-Agustus 2022, pertumbuhan kredit mencapai 9,98%.
Pemerintah juga meminta Kementerian Keuangan untuk mempertimbangkan proposal keringanan pajak lebih lanjut, mempercepat pengembalian pajak pertambahan nilai untuk bisnis dan bekerja pada langkah-langkah untuk meringankan krisis obligasi korporasi, menurut pernyataan tersebut.
Perusahaan-perusahaan Vietnam terutama para pengembang properti telah berjuang untuk mendapatkan pinjaman, menjual obligasi dan mengumpulkan dana, yang menyebabkan proyek-proyek ditangguhkan. Krisis ini dimulai tahun lalu setelah para pejabat menindak penerbitan obligasi korporat menyusul tuduhan-tuduhan aktivitas ilegal, yang memicu pembekuan penerbitan baru secara tiba-tiba.
(bbn)