Logo Bloomberg Technoz

Tesla saat ini juga tengah disorot atas beberapa investigasi oleh National Highway Traffic Safety Administration (NHTSA) terkait cacat pada autopilot yang dikaitkan dengan setidaknya 17 kematian sejak Juni 2021.

Persidangan yang dijadwalkan pada Oktober mendatang akan mempertanyakan klaim Musk bahwa Tesla adalah mobil teraman yang pernah dibuat. Tesla akan menghadapi beberapa ahli teknologi yang akan memberikan kesaksian.

Meski demikian, Tesla menegaskan telah transparan mengenai keterbatasan autopilot mereka dan telah memberikan peringatan pada manual serta layar mobil bahwa pengemudi harus selalu waspada dan siap mengambil alih kontrol kapan saja.

Kasus yang akan diajukan di Florida ini diajukan oleh keluarga Jeremy Banner, yang meninggal dalam kecelakaan dengan autopilot diaktifkan. Penyelidikan menunjukkan bahwa autopilot dan sang korban kemungkinan besar tidak melihat truk yang melintas.

Meskipun perusahaan mengetahui "bahwa ada lalu lintas silang atau potensi lalu lintas silang, autopilot saat itu tidak dirancang untuk mendeteksi hal tersebut," demikian menurut kesaksian yang diberikan pada 2021 oleh insinyur perusahaan Chris Payne yang dikutip dalam dokumen pengadilan baru-baru ini. Teknisi Nicklas Gustafsson juga memberikan kesaksian serupa dalam deposisi 2021.

Minggu lalu, istri almarhum Banner berpendapat bahwa perusahaan seharusnya tidak memprogram ulang autopilot sehingga sistem tersebut akan mati dalam situasi berbahaya setelah adanya kecelakaan fatal pada 2016 yang menimpa pengemudi Tesla lain, Joshua Brown.

"Ada bukti dalam catatan bahwa Tesla terlibat dalam kelalaian besar dan atau kesengajaan karena menjual kendaraan dengan sistem autopilot yang Tesla ketahui cacat dan telah menyebabkan kecelakaan fatal sebelumnya," kata keluarga Banner dalam gugatannya.

Salah satu saksi ahli yang dihadirkan oleh keluarga Banner adalah Mary "Missy" Cummings, yang baru-baru ini menjabat sebagai penasihat untuk National Highway Traffic Safety Administration.

Cummings, seorang profesor dari Duke University mengatakan dalam pengajuan pengadilan bahwa Tesla "bersalah karena kesengajaan dan kelalaian besar" karena gagal menguji dan meningkatkan autopilot antara kecelakaan Brown dan Banner.

Tesla membuat "pernyataan publik bahwa teknologi autopilot-nya jauh lebih canggih daripada kenyataannya," tulis Cummings.

Trey Lytal, pengacara keluarga Banner, menyatakan bahwa Tesla membiarkan "cacat yang sama" merenggut dua nyawa dalam jarak waktu tiga tahun.

(bbn)

No more pages