"Di New Delhi memang sudah lama jadi aturan bahwa mobil harus memeriksa uji emisinya termasuk mobil diplomat yang saya naiki. Juga ada beberapa pendekatan mereka yang menarik. Di New Delhi dibuat level siaga waspada dan bahaya tergantung dari konsentrasi PM 2.5. Jadi berbeda dengan kita yang menggunakan AQI, yang merupakan komposit dari PM 2.5 PM 10 dan gas polutan," kata Tjandra Yoga sebagaiaman dikutip dari keterangannya yang dikirimkan kepada media.
Sementara untuk penggunaan GRAP kata dia akan bertingkat sesuai derajat yang ada di waktu itu. Misalnya kalau sudah level waspada truk angkutan non-esensial sudah tidak boleh masuk kota. Generator listrik diesel pribadi tidak boleh dioperasikan kemudian konstruksi gedung disetop.
"Pemda setempat lalu melakukan penyemprotan kabut air di beberapa tempat. Kalau level bahaya maka sekolah diliburkan, kantor esensial saja yang boleh masuk," lanjut dia.
Sistem seperti ini menurut dia bisa juga dipertimbangkan untuk di Jakarta. Namun yang paling penting adalah memberikan penjelasan bagi masyarakat tentang derajat dan level polusi udara. Dengan adanya ukuran dan level yang transparan itu kata dia, akan mengarahkan masyarakat untuk bisa waspada menghindari polusi.
(ezr)