Komaidi mengatakan tidak ada salahnya jika pemerintah menetapkan target ambisius lifting minyak 1 juta BOPD. Namun, hal yang lebih dibutuhkan adalah kejelasan perincian tahapan-tahapan untuk mencapai target itu, dengan melihat kondisi riil di hulu migas.
Sebagai gambaran, per Agustus 2023, ladang penghasil minyak terbesar Indonesia adalah Blok Rokan yang dikelola PT Pertamina Hulu Energi (PHR). Jokowi sudah meminta agar blok di Dumai, Riau itu bisa memproduksi 400.000 BOPD.
Kenyataannya, Rokan saat ini baru mencapai produksi tertinggi 172.710 BOPD, dua tahun setelah alih kelola dari Chevron Pacific Indonesia (CPI) ke PHR. Sejauh ini, PHR telah mengebor 825 sumur dan mengelola 84 rig pengeboran aktif.
Berdasarkan catatan perusahaan, produksi minyak di Blok Rokan terus naik sejak Juli 2023. Per 31 Juli, produksi mencapai 167.645 BOPD, pada 1 Agustus sebanyak 168.730 BOPD dan per 7 Agustus sejumlah 169.282 BOPD.
Awal tahun ini, di sela kunjungan ke Blok Rokan, Jokowi meminta agar produksi minyak di blok yang berlokasi di Dumai, Riau itu menembus 400.000 BOPD, atau jauh melampaui produksi saat masih dikelola Chevron di kisaran 156.000—158.000 BOPD.
Direktur Utama Pertamina Hulu Rokan Chalid Said Salim mengatakan perusahaan sejauh ini cukup masif dalam melakukan pengeboran, eksplorasi, dan seismik. Rerata produksi minyak Blok Rokan tahun ini ditargetkan mencapai 162.500—163.000 BOPD.
Untuk 2024, Chalid berharap produksi minyak Blok Rokan makin dapat diandalkan untuk mencapai target nasional 1 juta BOPD pada 2030. Dia mengeklaim produksi minyak Blok Rokan mencapai 25%—27% dari total produksi minyak nasional sekitar 616.600 BOPD per semester I-2023. Adapun, blok yang memiliki lebih dari 500 sumur itu menyumbang 33% terhadap produksi minyak grup Pertamina.
“Kegiatan Pertamina Hulu Rokan ini cukup masif, dari sisi pengeboran dan beberapa investasi lain. Pada 2023, anggaran investasi kami itu sekitar US$850 juta dan pada 2024 –seiring dengan meningkatnya beberapa pekerjaan terutama untuk meningkatkan produksi– [belanja modal yang disiapkan] sekitar US$1,1 miliar,” ujarnya di sela diskusi Energi Corner, Selasa (15/8/2023).
Presiden Joko Widodo menargetkan produksi siap jual atau lifting minyak dan gas bumi (migas) masing-masing sebesar 625.000 BOPD dan 1,03 juta barel setara minyak per hari atau barrels of oil equivalent per day (BOEPD) dalam asumsi makro 2024.
Untuk diketahui, target lifting minyak sebanyak 625.000 BOPD pada 2024 tersebut turun cukup drastis dari target Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2023 di level 660.000 BOPD.
Demikian pula dengan target lifting gas dalam RAPBN 2024 yang hanya 1,03 juta BOEPD atau turun dari bidikan APBN 2023 sejumlah 1,1 juta BOEPD. Per Mei 2023, realisasi lifting gas baru mencapai 946.000 BOEPD. Adapun, hingga akhir tahun ini, lifting gas diproyeksi hanya mencapai 985.000 BOEPD alias di bawah target APBN.
(wdh)